MEDAN–Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara
(Sumut) meminta Pemerintah serius mendukung gerakan pengurangan produksi
karet oleh asosiasi itu karena rencana tersebut mulai diperhitungkan
importir.
“Satu perusahaan produsen ban dunia di Singapura sudah mempertanyakan
detil soal rencana Gapkindo itu ke mitra usahanya di Sumut. Itu artinya
gerakan itu diperhitungkan,” kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut,
Edy Irwansyah di Medan, Rabu (20/11/2013).
Pertanyaan importir itu mulai kapan pastinya rencana pengurangan itu,
bagaimana sistimnya hingga dampak terhadap produksi dan ekspor karet
alam Indonesia.
“Pertanyaan itu sudah dijawab dengan menegaskan langkah itu serius dilakukan Gapkindo terhitung Januari 2014,” katanya.
Menurut dia, pengurangan produksi karet sudah sangat mendesak
dilakukan untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan di luar negeri.
“Di tengah permintaan yang masih sepi dampak krisis global, harusnya
pasokan juga dijaga seimbang agar harga jual bisa terjaga baik,”
katanya.
Edy menuturkan, sebagai salah satu daerah penghasil utama karet
Indonesia, Sumut juga berkontribusi besar dalam pengurangan produksi
komoditas itu yang direncanakan sebesar 10 persen atau sekitar 50.000
ton.
Sebanyak 50.000 ton itu dihitung dari produksi Sumut yang berkisar 500.000 ton per tahun.
Menjawab pertanyaan tentang apakah, pengurangan produksi karet tidak
berdampak negatif ke harga beli petani menurut dia, diyakini tidak
bahkan malah naik.
“Gapkindo akan mengatur mekanisme ke perusahaan anggota asosiasi agar
pembelian ke petani tetap stabil. Dengan tetap stabil, harga akan tidak
terpengaruh turun bahkan bisa naik kalau kebijakan pengurangan produksi
itu nyatanya bisa menaikkan harga jual di pasar,” katanya.
Dia menegaskan, sebelumnya, pemangkasan ekspor sudah diberlakukan
negara Indonesia, Malaysia dan Thailand beberapa tahun sebelumnya,
tetapi hasilnya memang belum maksimal menyusul secara fakta permintaan
juga melemah dampak krisis global.
“Oleh karena itu satu-satunya jalan memang mengurangi produksi mengikuti permintaan yang melemah,”katanya.
Edy mengakui, Pemerintah sudah merespon positif rencana Gapkindo itu
dengan mengagendakan pertemuan tingkat menteri di negara produsen karet
alam membahas soal pengurangan produksi.
“Pertemuan yang direncanakan di Malaysia itu diharapkan memberikan
dukungan penuh kepada rencana Gapkindo memangkas produksi untuk
menaikkan harga jual,”katanya.
Ketua Umum Gapkindo, Daud Husni Bastari di Jakarta, sebelumnya
menuturkan industri karet tengah mengalami tekanan permintaan dan harga
sehingga bukan saja merugikan pengusaha tetapi juga petani dan
pemerintah.
“Untuk itu perlu langkah nyata agar bisa kembai membuat harga karet menguntungkan,” katanya.
Harga ekspor karet sebesar 2,29 dolar AS per kg pada posisi bulan
Agustus lalu misalnya mendekati level terendah dan berpotensi menyentuh
harga pokok produksi dan itu tentunya tidak boleh dibiarkan terus.
Penurunan produksi sebesar 10 persen akan mulai dilakukan Gapkindo
pada Januari 2014 sampai batas waktu yang belum ditentukan.(ant/msi)