MEDAN–Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) mengusulkan agar dana bea
keluar (BK) sawit antara lain dialokasikan untuk biaya penelitian
perkebunan dan industri komoditas itu guna memperkuat peran sektor itu
bagi perekonomian nasional.
“Dana BK yang dimasukkan ke APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara) harusnya sebagian dikeluarkan untuk penelitian dan pengembangan
minyak sawit nasional,” kata Ketua Umum DMSI Derom Bangun di Medan,
Kamis (7/11/2013).
Dana penelitian itu bisa dialokasikan ke masing-masing kementerian
terkait mulai dari Pertanian, Perdagangan, Luar Negeri hingga
Kementerian Pendidikan.
Dia menjelaskan, industri yang maju memang harus didukung penelitian seperti yang dilakukan Malaysia terhadap industri sawitnya.
“Sementara di Indonesia, industri minyak sawit yang bernilai lebih
dari 20 miliar dolar AS per tahun masih lemah sekali dalam penelitian
dan itu bukan hanya menghambat perkembangan industri sawit itu tetapi
juga sulit menghadapi isu negatif sawit di luar negeri,” katanya.
Derom menyebutkan, beberapa perusahaan dalam negeri sudah
melaksanakan kegiatan penelitian di tingkat internal, terutama mengarah
pada peningkatan produksi dan pencegahan hama penyakit, namun kalau
tidak didukung pemerintah, maka juga kurang kuat.
“Untuk menepis isu negatif sawit di luar negeri diperlukan hasil
penelitian yang kredibel dan diakui dunia internasional sehingga
kolaborasi antara pengusaha dan pemerintah harus kuat,” katanya.
Dia menegaskan, hingga dewasa ini, kampanye negatif sawit belum
berhenti bahkan semakin kuat yang diduga kuat karena kepentingan bisnis.
“Kalau mau jujur, sawit tidak terkalahkan dalam hal apapun
dibandingkan minyak nabati lainnya sehingga ada upaya menekan
perkembangan tanaman dan industri itu khususnya yang ada di Indonesia
yang masih sangat potensial dikembangkan,” katanya.
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Anizar
Simanjuntak menyebutkan, sawit memang sangat diminati bahkan oleh
pembeli dari negara yang mengkampanyekan negatif sawit itu.
“Banyak petani yang dewasa ini lahannya ditawar pembeli asing dengan tawaran harga yang tinggi,” katanya.
Melihat upaya-upaya penguasaan asing itu, kata dia, Apkasindo
berupaya menekan peralihan lahan itu dengan membina petani untuk bisa
mendapatkan keuntungan maksimal dari hasil kebunnya itu.
“Jangan sampai dari petani pemilik sawit menjadi hanya pekerja,” katanya.(ant/msi)
Oleh Master Sihotang
on Nov 7th, 2013