Informasi yang dihimpun merdeka.com, Selasa (5/11), bentrokan itu terjadi Senin kemarin. Warga yang merasa lahan itu milik mereka lantas beramai-ramai datang ke lokasi dan mempersenjatai dirinya dengan parang, panah, bom molotov dan senapan angin.
Setibanya di lokasi, warga bertemu dengan pekerja yang tengah panen. Pekerja pun meladeni warga yang emosi dan mempersenjatai diri mereka dengan alat panen seperti dodos, pisau yang ujungnya dilengkapi kayu galah. Bentrokan pun tak terhindarkan.
Akibat bentrok tersebut dua rumah, dua mobil milik perusahaan, satu mobil polisi, dibakar dan dirusak. Bahkan beredar kabar, beberapa orang dari kedua belah pihak dilaporkan mengalami luka akibat bentrokan
Camat Pasir Penyu, Muhammad Solkan, ketika dikonfirmasi mengatakan, bentrok itu dipicu tuntutan warga yang menginginkan lahan milik PT TPP.
"Akses jalan masuk tepatnya di Desa Air Putih masih diblokir dengan menggunakan kayu oleh warga, sehingga tidak bisa dilewati," terang Solkan.
Dihubungi terpisah, Kasubag Humas Polres Inhu, Ipda Yarmen Jambak, menyatakan bentrokan baru selesai sekitar pukul 17.30 WIB setelah pihaknya menerjunkan personel untuk mengamankan lokasi. Usai bentrok, warga bersama unsur lainnya yakni LAM, KNPI, AMPI dan anggota dewan menggelar rapat di Air Molek.
Pasca bentrokan itu, Polres Inhu sudah menetapkan tersangka berjumlah empat orang. "Para tersangka antara lain, inisial Sl (38) petani, warga Desa Air Putih, Kecamatan Sei Lala, Inhu; inisial Rm (40) petani, warga Desa Air Putih Kecamatan Sei Lala; inisial Ms (33), petani warga Desa Jati Rejo, Kecamatan Pasir Penyu Barang Bukti dan sebilah parang; inisial Dd (18) petani Desa Air putih Kecamatan Sei Lala," ujar Kabid Humas Polda Riau, AKBP Guntur Aryo kepada merdeka.com.
Keempat tersangka diduga melakukan penyerangan dan pengrusakan beberapa mobil perusahaan. Mereka diamankan di Polres Inhu guna penyidikan lebih lanjut.
Selain empat tersangka tersebut, polisi masih memeriksa belasan warga lainnya. Sampai saat ini, lokasi bentrok masih dijaga ketat agar kericuhan tak terulang lagi.
"BKO personel Brimobda Riau sebanyak satu SSK dipimpin Wakasat Brimob untuk antisipasi terhadap perubahan situasi di lapangan," tandas Guntur.
[lia]