BANDARLAMPUNG–PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII Unit Usaha Pagaralam
sebagai produsen teh telah membangun unit pengolahan teh dengan metode
CTC (crushing tearing curling) dan meluncurkan produk teh CTC itu di
Jakarta.
Menurut Sekretaris Perusahaan PTPN VII Sonny Soediastanto mendampingi
Direktur Pemasaran dan Perencanaan Pengembangan PTPN VII Rafael P
Sibagariang di Bandarlampung, Sumatra Selatan,Selasa, (26/11/2013)
tujuan pembangunan unit pengolahan teh CTC itu untuk melakukan
diferensiasi produk teh agar dapat memenuhi selera konsumen, termasuk
mengincar pasar teh global yang mampu menciptakan produk “brand new and
different from the others”.
Saat peluncuran perdana produk teh CTC yang bekerja sama dengan PT
Karisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN), di Jakarta, Senin
(25/11), itu Direktur Pemasaran dan Perencanaan Pengembangan PTPN VII
Rafel P Sibagariang menyatakan optimistis prospek serapan pasar teh CTC
akan terus meningkat seiring dengan kecenderungan konsumen yang
menghendaki minuman praktis semakin tinggi.
“Dengan optimisme tersebut, kami berani melangkahkan kaki untuk menjajaki pasar global,” kata Rafael.
Dia menjelaskan keistimewaan serta keunggulan teh produk PTPN VII
Unit Usaha Pagaralam di Sumatra Selatan itu adalah pada rasa dan aroma
teh yang unik dan khas.
Kekhasan itu diperoleh tidak lain karena letak geografis kebun teh
yang berada pada ketinggian rata-rata 1.500 meter di atas permukaan laut
yang merupakan dataran tertinggi di Sumsel.
“Sama seperti pada umumnya kebun-kebun teh di Negeri Sakura Jepang,
kebun teh kami terletak tepat di sisi timur Gunung Dempo yang tentu saja
memberikan suplai sinar matahari pagi yang cukup untuk pertumbuhan
kebun teh kami,” katanya.
Dalam upaya menciptakan produk yang memenuhi kriteria “food grade”
itu, PTPN VII menerapkan teknologi dengan memperhatikan prinsip-prinsip
higienis, dan juga didukung oleh peralatan “full automatic processing”
serta konsultan produk berpengalaman dari India, sehingga menjamin mutu
produk terjaga dan bisa memenuhi selera serta memberikan kepuasan
konsumen, katanya.
Beberapa produk CTC yang ada, antara lain mutu I, yakni BP, PF, Dust I dan untuk mutu II yakni Dust II.
Rafael menjelaskan kebun dan pabrik teh Unit Usaha Pagaralam di
Sumsel merupakan pabrik peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1929.
“Kami tidak hanya mewarisi kebun dan pabrik, tetapi juga mewarisi kekhasan teh klasik yang disebut sebagai teh orthodox.
Pengembangan produk klasik pun terus kami lakukan hingga kami
mendapatkan produk teh ‘high class performance’ dengan citarasa klasik
yang kami beri nama Teh Orthodox Premium,” ujarnya.
Selain sebagai agroindustri, kebun teh Pagaralam juga menjadi tujuan
agrowisata baik bagi wisatawan asing maupun domestik. Kebun teh
Pagaralam seluas sekitar 1.500 ha dengan produksi rata-rata tiga ton teh
kering setiap bulan.
Namun, selama ini teh Gunung Dempo pada umumnya hanya dijadikan
“blending component”, dan bahkan hanya jadi filler produk teh yang
dijual dengan merek lain, sehingga tak pernah dikenal publik.
“Untuk masuk ke pamasaran global memang berat, tapi harus dimulai
sejak sekarang jika menginginkan dikenal konsumen dan memperoleh harga
bersaing,” kata Rafel lagi.
Saat peluncuran teh CTC Gunung Dempo Pagaralam itu, dilaksanakan pula
diskusi bersama konsultan teh PTPN VII dari India, Mr Sanjay Sharma
dengan para stakeholder, di antaranya P.M.T Padakeasa, Agropangan/Sosro,
PT KPBN, PT LES, PT TEA, PT Indocemak INT, Rajawali, Yoosuf Akbani, ST
CV dir, ST CLISIR, Drassco Forset IntL, PT Unilever Indonesia, dan PT
Panca Rasa.
Hadir pada acara tersebut Direktur Renbang PTPN VII (Persero) Rafael P
Sibagariang, Direktur Keuangan Agoes Riyanto, Sekretaris Perusahaan
Sonny Soediastanto, Kepala Bagian Pengolahan, Direktur Operasional PT
KPBN Iman Bimantara Muin, dan para pembeli teh.(ant/msi)
http://www.bisnis-sumatra.com/index.php/2013/11/ptpn-vii-luncurkan-produk-teh/