Bandung
- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuka Konferensi Minyak
Sawit Indonesia (Indonesia Palm Oil Conference/IPOC) di Bandung, Jawa
Barat, Kamis (28/11). Konferensi diselenggarakan oleh Gabungan Pengusaha
Kelapa Sawit Indonesia (Gapki).
Hadir mengikuti konferensi itu, sekitar 1.500 peserta yang berasal dari 30 negara. Konferensi berlangsung 28-29 November 2013 dengan tema "Managing Market: Strengthening Industry Value Chain".
Dalam pidatonya, SBY meminta semua pelaku industri kelapa sawit untuk sinergi dan kerjasama. Sinergi baik terhadap sesama pelaku industri kelapa sawit, juga sinergi dengan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Sinergi juga dilakukan dengan pelaku-pelaku industri kelapa sawit dari berbagai negara.
Menurutnya, sinergi sangat diperlukan karena ekspor kelapa sawit saat ini sedang turun. Di sisi lain, harga minyak kelapa sawit sedang merosot. Karena itu, perlu sinergi dengan berbagai pihak agar minyak kelapa sawit tetap mendapat pasar di dunia.
"Mari sama-sama kita atasi. Sungguh diperlukan sinergi pemerintah, swasta dan mitra kita di luar negeri," tegasnya.
Dia juga meminta para pelaku industri sawit agar di tengah kelesuan ekonomi dunia, harus memanfaatkan pasar domestik untuk menjualnya. Menurutnya, konsumsi minyak sawit dalam negeri cukup tinggi. Tinggal bagaimana pelaku industri kelapa sawit memanfaatkan hal tersebut.
Hadir mendampingi SBY, ibu Ani Yudhoyono, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Pertanian Suswono, Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar, dan Ketua Komite Ekonomi Nasional Chairul Tanjung.
Hadir mengikuti konferensi itu, sekitar 1.500 peserta yang berasal dari 30 negara. Konferensi berlangsung 28-29 November 2013 dengan tema "Managing Market: Strengthening Industry Value Chain".
Dalam pidatonya, SBY meminta semua pelaku industri kelapa sawit untuk sinergi dan kerjasama. Sinergi baik terhadap sesama pelaku industri kelapa sawit, juga sinergi dengan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Sinergi juga dilakukan dengan pelaku-pelaku industri kelapa sawit dari berbagai negara.
Menurutnya, sinergi sangat diperlukan karena ekspor kelapa sawit saat ini sedang turun. Di sisi lain, harga minyak kelapa sawit sedang merosot. Karena itu, perlu sinergi dengan berbagai pihak agar minyak kelapa sawit tetap mendapat pasar di dunia.
"Mari sama-sama kita atasi. Sungguh diperlukan sinergi pemerintah, swasta dan mitra kita di luar negeri," tegasnya.
Dia juga meminta para pelaku industri sawit agar di tengah kelesuan ekonomi dunia, harus memanfaatkan pasar domestik untuk menjualnya. Menurutnya, konsumsi minyak sawit dalam negeri cukup tinggi. Tinggal bagaimana pelaku industri kelapa sawit memanfaatkan hal tersebut.
Hadir mendampingi SBY, ibu Ani Yudhoyono, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Pertanian Suswono, Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar, dan Ketua Komite Ekonomi Nasional Chairul Tanjung.
Penulis: R-14/NAD
Sumber:Suara Pembaruan
SBY Minta Pimpinan Industri Kelapa Sawit Tak Rusak Lingkungan
Jakarta -
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan Indonesia harus bisa
membuktikan bahwa perkebunan dan industri kelapa sawit tidak identik
dengan kerusakan lingkungan.
Oleh karena itu SBY meminta khususnya perkebunan, perusahaan dan pemerintah memastikan perbaikan dalam pengelolaan industri kelapa sawit tersebut.
"Solusinya saya ingin saudara semua pemimpin perkebunan kelapa sawit, pemimpin industri kelapa sawit pedomani best practice, jangan merusak lingkungan," kata SBY di Trans Convention Center, Hotel Trans Bandung, Jawa Barat (Jabar), Kamis (28/11) pagi.
Pada tahun 2006, kata SBY, dia menerima pimpinan dari salah satu negara maju yang menuduh kelapa sawit Indonesia merusak lingkungan.
Dalam kesempatan tersebut, presiden mengatakan dia menyanggah tuduhan itu dan Indonesia berusaha melakukan perbaikan.
"Saya terus terang tidak happy dan saya sanggah waktu itu jangan memvonis bahwa kelapa sawit identik dengan kerusakan lingkungan," ujarnya.
Oleh karena itu, pada tahun 2007, SBY dan Perdana Menteri (PM) Malaysia Badawi berupaya melakukan kerjasama untuk menghadapi penolakan produksi sawit kedua negara.
Saat ini, Indonesia dan Malaysia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.
Selain itu pada tahun 2010, SBY mengatakan sengaja mengundang sejumlah nono-governmental organization (NGO) untuk berkomunikasi dan meminta saran mengenai perbaikan lingkungan.
Dia juga meminta NGO seperti Greenpeace menyampaikan pula ke dunia apabila perkebunan dan industri sawit Indonesia sudah mengalami perbaikan.
"Indonesia kalau ada kurang silakan dikritik tapi kala sudah ada perbaikan mereka (NGO) harus berani katakan di dunia bahwa kelapa sawit Indonesia tidak merusak lingkungan maka tidak patut untuk ditolak, tidak patut untuk diembargo," kata SBY lagi.
Dalam acara konferensi sawit atau Indonesian Palm Conference (IPOC) dan 2014 Price Outlook hadir pula Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menteri Pertanian Suswono, Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) sekaligus Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Chairul Tanjung yang juga pemilik Trans Corp, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan sejumlah menteri lainnya.
Oleh karena itu SBY meminta khususnya perkebunan, perusahaan dan pemerintah memastikan perbaikan dalam pengelolaan industri kelapa sawit tersebut.
"Solusinya saya ingin saudara semua pemimpin perkebunan kelapa sawit, pemimpin industri kelapa sawit pedomani best practice, jangan merusak lingkungan," kata SBY di Trans Convention Center, Hotel Trans Bandung, Jawa Barat (Jabar), Kamis (28/11) pagi.
Pada tahun 2006, kata SBY, dia menerima pimpinan dari salah satu negara maju yang menuduh kelapa sawit Indonesia merusak lingkungan.
Dalam kesempatan tersebut, presiden mengatakan dia menyanggah tuduhan itu dan Indonesia berusaha melakukan perbaikan.
"Saya terus terang tidak happy dan saya sanggah waktu itu jangan memvonis bahwa kelapa sawit identik dengan kerusakan lingkungan," ujarnya.
Oleh karena itu, pada tahun 2007, SBY dan Perdana Menteri (PM) Malaysia Badawi berupaya melakukan kerjasama untuk menghadapi penolakan produksi sawit kedua negara.
Saat ini, Indonesia dan Malaysia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.
Selain itu pada tahun 2010, SBY mengatakan sengaja mengundang sejumlah nono-governmental organization (NGO) untuk berkomunikasi dan meminta saran mengenai perbaikan lingkungan.
Dia juga meminta NGO seperti Greenpeace menyampaikan pula ke dunia apabila perkebunan dan industri sawit Indonesia sudah mengalami perbaikan.
"Indonesia kalau ada kurang silakan dikritik tapi kala sudah ada perbaikan mereka (NGO) harus berani katakan di dunia bahwa kelapa sawit Indonesia tidak merusak lingkungan maka tidak patut untuk ditolak, tidak patut untuk diembargo," kata SBY lagi.
Dalam acara konferensi sawit atau Indonesian Palm Conference (IPOC) dan 2014 Price Outlook hadir pula Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menteri Pertanian Suswono, Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) sekaligus Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Chairul Tanjung yang juga pemilik Trans Corp, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan sejumlah menteri lainnya.
Penulis: Ezra Sihite/FEB