Medan. Sekretaris Asosiasi Pengusaha  Indonesia (Apindo) Sumatera Utara (Sumut) Laksamana Adyaksa mengatakan,  tidak ada kerugian yang dialami pengusaha akibat demonstrasi di Medan,  Senin (26/3). Demo yang juga melibatkan sekitar 10.000-an buruh dari  berbagai serikat pekerja ini sudah jauh-jauh hari diantisipasi oleh  pengusaha demi menghindari kerugian.                   "Demo memang sudah  diantisipasi jauh-jauh hari. Jadi pengusaha bisa menghindari kerugian  yang bisa ditimbulkan karena tidak berproduksi," katanya, Selasa (27/3).  
Ia mengungkapkan, pengusaha telah menyiasatinya dengan  mempercepat jadwal produksi dan juga menambah jumlahnya. Jadi ketika  pekerja melakukan demo, pengusaha masih memiliki stok untuk memenuhi  permintaan dari buyer.
Namun, tambahnya, pihaknya tetap meminta  untuk tidak melakukan demo secara berkelanjutan sehingga tidak akan  mengganggu perekonomian. Sebab, jika produksi berhenti, akan ada  kemungkinan kerugian yang cukup besar. "Jika dunia usaha terganggu, akan  berimbas pada perekonomian secara keseluruhan. Ini tentu harus  dihindari karena menyangkut banyak kepentingan juga," katanya. 
Adyaksa  mengungkapkan, meskipun pihaknya bisa memaklumi kepentingan yanag  diusung oleh pekerja, namun demo ini tidak dilakukan secara  berkelanjutan.
Ketua Apindo Sumut, Parlindungan Purba,  mengatakan, pengusaha sebenarnya sangat memahami psikologis pekerja soal  kebijakan pemerintah untuk menaikkan BBM pada 1 April mendatang. 
"Itu  sebabnya banyak pengusaha memilih untuk menutup usahanya. Tapi kita  meminta, jangan sampai anarkis dan berkelanjutan. Demo adalah sebentuk  aspirasi. Jadi janganlah sampai menganggu aktivitas perekonomian. Karena  itu bisa menimbulkan kerugian yang cukup besar," katanya. 
Apindo, lanjutnya, akan tetap menghargai demonstrasi asalkan dilakukan dengan damai dan jangan sampai merusak aset-aset publik.
Ketua  DPW Federasi Serikat Pekerja Metal Indonseia (SPMI), Minggu Saragih,  mengatakan, serikat buruh dan pekerja di Sumut tetap bersikukuh untuk  menolak kenaikan BBM. Penolakan ini dilakukan karena akan menyengsarakan  kaum buruh dan merupakan harga mati. "Tidak bisa ditawar-tawar lagi  karena pemerintah tahunya hanya menaikkan BBM di saat rakyat sudah  susah," ujarnya.
Pada demo Senin (26/3), sekitar 10.000-an orang  buruh yang tergabung dalam Komite Aksi Pekerja Buruh Sumut (KAPBSU) yang  terdiri dari DPW Federasi Serikat Pekerja Metal Indonseia (SPMI),  Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (K-SBSI), PPMI, Serikat  Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Lem Kota Medan, SBRI, KBI, Sejati,  Repdem, dan Sakti, berdemonstrasi untuk menolak kenaikan BBM.
Buruh  yang berasal dari berbagai perusahaan dan pabrik di Medan, Lubuk Pakam  dan Belawan ini mengakibatkan sejumlah pabrik tutup. "Para buruh dan  pekerja berharap penolakan ini tidak dianggap sebagai perlawanan. Namun  ini sikap tegas karena menyangkut hidup serta kepentingan banyak orang.  Kita berharap, pengusaha pun bisa memakluminya," ujarnya.
Diakuinya,  pada kondisi seperti ini, memang ada kemungkinan timbul masalah antara  pekerja dan pengusaha. "Karena itu, kita juga minta pemerintah untuk  membuat aturan pengupahan dan kebijakan yang meringankan beban dunia  usaha sehingga bisa menghindari benturan atau gesekan yang timbul antara  buruh dengan pengusaha. Jadi meski BBM naik, buruh pun masih memiliki  peluang untuk hidup layak," ujar Minggu. (elvidaris simamora)/MB

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment