Langkah tersebut ditempuh Duta Besar RI untuk AS Dr. Dino Patti Djalal bersama Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Bernard Dompok dengan menemui lembaga Environmental Protection Agency (EPA), Jumat (23/3) waktu setempat."Upaya kedua negara dilakukan bersama-samauntuk memperjuangan ekspor kelapa sawit ke Amerika Serikat," demikian disampaikan Koordinator Fungsi Pensosbud KBRI Washington seusai pertemuan.
Sebelumnya EPA dalam NODA yang diterbitkannya menyebutkan kelapa sawit tidak memenuhi standar untuk dijadikan bahan dasar produksi biofuel di AS.
EPA menyambut baik data-data yang diberikan Indonesia dan berjanji akan menggunakan data-data tersebut dalam kajian lanjutan, sebab data yang diperoleh sebelumnya dalam menyusun NODA bukanlah satu-satunya data yang akan dipertimbangkan.
Menurut EPA, publikasi NODA juga bukan dimaksudkan untuk mempertanyakan komitmen Indonesia dalam melestarikan lingkungan hidup Indonesia.
Pertemuan itu merupakan yang pertama kali dilakukan bersama-sama oleh para pemangku kepentingan Indonesia dan Malaysia kepada berbagai pihak di Amerika Serikat dalam menanggapi NODA tersebut.
Agar EPA dapat memperoleh gambaran langsung dan objektif mengenai situasi di lapangan, Dubes RI Dino Patti Djalal mengundang EPA untuk berkunjung ke Indonesia. Undangan tersebut mendapat sambutan positif dari pihak EPA."Membaca statistik dan charts itu sangat berbeda dengan melihat langsung kondisi lapangan di Indonesia, dengan demikian EPA dapat menerima data dari tangan pertama secara langsung," pungkas Dubes. (dtf)/MB
No comments:
Post a Comment