"Kalau harga komoditas pertanian tidak naik, tentu sulit dibayangkan bagaimana sulitnya para petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, karena naiknya harga BBM itu pasti akan diikuti dengan naiknya kebutuhan pokok," kata seorang petani, Ramin, di Ternate, Rabu (14/3).Pemerintah memang menjanjikan akan memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi atas naiknya harga BBM tersebut, khususnya untuk masyarakat miskin sebesar Rp150.000 per bulan per rumah tangga.
Tetapi, kata Ramin, bantuan tersebut tidak akan mampu menutupi naiknya berbagai kebutuhan pokok, termasuk biaya transportasi sebagai akibat dari naiknya harga BBM, apalagi bantuan itu hanya diberikan selama sembilan bulan.
Karena itu, yang bisa menolong petani dari dampak akibat dari naiknya harga BBM tersebut adalah naiknya harga komoditas perkebunan, yang selama ini menjadi tumpuan utama bagi para petani di daerah ini dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut Ramin, harga komoditas perkebunan memang dipengaruhi oleh harga pasar, baik ditingkat nasional maupun dunia, namun pemda dan instansi tekait lainnya tentu bisa melakukan berbagai kebijakan untuk mendorong naiknya harga komuditas perkebunan itu.
Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan adalah membantu mencarikan industri yang bersedia membeli harga komuditas perkebunan petani di Malut dengan harga lebih baik, karena kalau hanya diserahkan kepada pengusaha pengumpul setempat justru mereka membeli dengan harga lebih murah.
Petani lainnya di Malut, Tarman, mengharapkan kepada pemda dan instansi lainnya di daerah ini untuk membenahi infrastruktur jalan, terutama yang menuju ke daerah pemasaran, karena jeleknya kondisi jalan selama ini menjadi dalih bagi pedagang pengumpul menekan harga komuditas perkebunan.
Mereka selama ini berdalih membeli harga komoditas perkebunan petani lebih murah karena harus menutupi tingginya biaya transpor akibat jeleknya kondisi jalan terutama untuk jalan yang masuk kategori jalan provinsi dan jalan kabupaten.
"Dengan naiknya harga BBM nanti, para pedagang pengumpul pasti akan menjadikan lagi hal itu sebagai alasan untuk membeli harga komuditas perkebunan petani lebih murah. Kalau sudah begitu, bagaimana petani bisa memenuhi kebutuhan sehari-sehari,” katanya. (ant)/MB
Tetapi, kata Ramin, bantuan tersebut tidak akan mampu menutupi naiknya berbagai kebutuhan pokok, termasuk biaya transportasi sebagai akibat dari naiknya harga BBM, apalagi bantuan itu hanya diberikan selama sembilan bulan.
Karena itu, yang bisa menolong petani dari dampak akibat dari naiknya harga BBM tersebut adalah naiknya harga komoditas perkebunan, yang selama ini menjadi tumpuan utama bagi para petani di daerah ini dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut Ramin, harga komoditas perkebunan memang dipengaruhi oleh harga pasar, baik ditingkat nasional maupun dunia, namun pemda dan instansi tekait lainnya tentu bisa melakukan berbagai kebijakan untuk mendorong naiknya harga komuditas perkebunan itu.
Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan adalah membantu mencarikan industri yang bersedia membeli harga komuditas perkebunan petani di Malut dengan harga lebih baik, karena kalau hanya diserahkan kepada pengusaha pengumpul setempat justru mereka membeli dengan harga lebih murah.
Petani lainnya di Malut, Tarman, mengharapkan kepada pemda dan instansi lainnya di daerah ini untuk membenahi infrastruktur jalan, terutama yang menuju ke daerah pemasaran, karena jeleknya kondisi jalan selama ini menjadi dalih bagi pedagang pengumpul menekan harga komuditas perkebunan.
Mereka selama ini berdalih membeli harga komoditas perkebunan petani lebih murah karena harus menutupi tingginya biaya transpor akibat jeleknya kondisi jalan terutama untuk jalan yang masuk kategori jalan provinsi dan jalan kabupaten.
"Dengan naiknya harga BBM nanti, para pedagang pengumpul pasti akan menjadikan lagi hal itu sebagai alasan untuk membeli harga komuditas perkebunan petani lebih murah. Kalau sudah begitu, bagaimana petani bisa memenuhi kebutuhan sehari-sehari,” katanya. (ant)/MB
No comments:
Post a Comment