MEDAN: Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) membantah terjadinya  alih fungsi lahan pertanian secara besar-besaran ke tanaman sawit.
"Diakui,  pertumbuhan areal tanaman sawit petani lebih tinggi dibandingkan  perusahaan, tetapi persentase peralihan dari lahan pertanian ke tanaman  sawit tidak terlalu besar atau hanya sekitar dua persen hingga dewasa  ini," kata Ketua Umum Apkasindo, Anizar Simanjuntak, di Medan, Rabu 7  Maret 2012.
Dia mengatakan itu menepis sinyalemen dari berbagai  kalangan yang menyebutkan bahwa lahan pertanian yang terus berkurang  akibat alih fungsi lahan yang besar-besaran ke tanaman sawit.
"Untuk  mengklarifikasi tudingan itu sekaligus guna kepentingan keakuratan data  menyangkut total lahan dan kondisi tanaman sawit petani di Indonesia,  Apkasindo dewasa ini sedang melakukan pendataan. Hasil sementara, alih  fungsi lahan pertanian ke sawit masih rendah atau hanya sekitar dua  persen hingga dewasa ini," katanya.
Data di lapangan, kata dia,  alih fungsi lahan pertanian lebih cenderung unruk perumahan baik secara  perorangan atau perumahan sejalan dengan terus meningkatnya jumlah  penduduk.
Dia menyebutkan, lahan sawit petani dewasa ini sudah  berkisar 3,9 juta hektare dari hampir delapan juta hektare total luas  lahan sawit nasional.
"Soal peralihan tanaman petani dari  pertanian ke sawit sendiri harusnya juga menjadi 'PR' (pekerjaan rumah)  bagi pemerintah. Harus ada evaluasi kenapa petani tidak merasa perlu  mempertahankan tanaman padinya," katanya.
Misalnya, apakah harga jual gabah atau beras masih dinilai tidak menguntungkan.
Tanaman  Tua Meski pertumbuhan areal tanaman sawit petani bertambah terus,  tetapi, kata Anizar, tidak terlalu menggembirakan karena banyak tanaman  berusia tua.
Tanaman tua dan asal dari bibit tidak berkualitas  milik petani ada sekitar 35 persen dari total areal sawit rakyat yang  sebanyak 3,9 juta hektare milik petani.
"Khusus tanaman yang  ditanam di bawah tahun 2.000 bisa dipastikan berasal dari bibit yang  tidak unggul bahkan tidak jelas asal usulnya sehingga produktivitas dan  mutunya rendah,"katanya.
Mengacu pada masalah itu pula-lah, makanya, Apkasindo juga menilai program sertifikasi lahan petani mendesak dilaksanakan.
Apkasindo  berharap kerja sama program sertifkasi lahan petani sawit dengan Badan  Pertanahan Nasional (BPN) dan kementerian terkait bisa dilaksanakan  tahun ini juga.
Dengan lahan bersertifikat, petani dapat meminjam uang ke bank dan dana itu bisa untuk meremajakan tanamannya, katanya.
Wakil  Ketua I Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun, mengakui,  peningkatan produktivitas dan mutu sawit Indonesia harus ditingkatkan  khususnya di petani yang menjadi pemilik areal terbesar.
Prospek  minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih sangat besar dan itu  harus dimanfaatkan Indonesia yang menjadi salah satu negara produsen  sawit terbesar di dunia.(antara)
Menurut Derom, produksi CPO nasional tahun ini diperkirakan mencapai 25,9 juta ton dari 2011 yang masih 24,1 juta ton.
Setelah  ke India, ekspor CPO Indonesia terbesar adalah ke China dan Uni Eropa  yang juga diperkirakan mengalami kenaikan permintaan.
Harga CPO sudah 1.125 dola AS per metrik ton (MT) sebagai dampak permintaan yang tinggi dan kenaikan harga minyak mentah.(EKsp)

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment