Kementerian Perdagangan meramalkan tahun ini bakal menjadi momen
positif produk perkebunan. Sawit dan kakao bahkan diprediksi bisa
mencapai kenaikan harga yang signifikan.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyatakan pelaku industri perkebunan sudah tidak mengandalkan ekspor ke Eropa, dan mengalihkan ke pasar baru. Sehingga harga komoditas malah cenderung stabil, bahkan meningkat.
"Kondisi Eropa yang masih melemah sudah dipandang sebagai sesuatu yang seperti itu, harga komoditas akan berada pada posisi naik atau stabil. Sehingga untuk perkebunan dan agribisnis, kita optimis akan mulai naik," ujarnya selepas Diskusi Agribisnis Outlook, di Jakarta Selatan, Kamis (17/1).
Dia memprediksi ekspor bisa meningkat 10 persen. Kemendag tidak merasa prediksi tersebut berlebihan karena tahun ini merupakan fase stabilisasi dari krisis yang melanda Eropa dan Amerika Serikat.
"Kalau dilihat dari perkembangan 5 sampai 10 tahun terakhir, produk perkebunan kita ekspornya naik 10 persen itu wajar, karena sekarang malah jadi lebih stabil saja.".
Pendorong utama kenaikan ekspor itu adalah komoditas minyak sawit mentah alias CPO. Setelah tahun lalu pengusaha sawit dihajar penurunan harga, pemerintah percaya permintaan bakal meningkat karena Indonesia menjalin kerja sama dengan Pakistan. Walaupun harga langsung terdongkrak signifikan di semester pertama tahun ini.
"Sawit di awal 2013 dimulai dengan harga USD 750 per ton, mungkin selepas triwulan I mulai naik ke USD 800 per ton. Kita yakin setelahnya pasti mulai lebih naik lagi," ungkapnya.
Doktor agribisnis lulusan IPB ini juga menyebut Kakao sebagai komoditas yang akan bersinar pada 2013. Pasalnya proses hilirisasi bahan baku coklat itu dinilai sukses. Sehingga banyak produk bernilai tambah yang diekspor. Alhasil nilai ekspor pun meningkat.
"Kakao karena proses industrialisasi kita pertumbuhan ekspornya akan cukup tinggi, baik dari sisi volume maupun nilai," tegasnya.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyatakan pelaku industri perkebunan sudah tidak mengandalkan ekspor ke Eropa, dan mengalihkan ke pasar baru. Sehingga harga komoditas malah cenderung stabil, bahkan meningkat.
"Kondisi Eropa yang masih melemah sudah dipandang sebagai sesuatu yang seperti itu, harga komoditas akan berada pada posisi naik atau stabil. Sehingga untuk perkebunan dan agribisnis, kita optimis akan mulai naik," ujarnya selepas Diskusi Agribisnis Outlook, di Jakarta Selatan, Kamis (17/1).
Dia memprediksi ekspor bisa meningkat 10 persen. Kemendag tidak merasa prediksi tersebut berlebihan karena tahun ini merupakan fase stabilisasi dari krisis yang melanda Eropa dan Amerika Serikat.
"Kalau dilihat dari perkembangan 5 sampai 10 tahun terakhir, produk perkebunan kita ekspornya naik 10 persen itu wajar, karena sekarang malah jadi lebih stabil saja.".
Pendorong utama kenaikan ekspor itu adalah komoditas minyak sawit mentah alias CPO. Setelah tahun lalu pengusaha sawit dihajar penurunan harga, pemerintah percaya permintaan bakal meningkat karena Indonesia menjalin kerja sama dengan Pakistan. Walaupun harga langsung terdongkrak signifikan di semester pertama tahun ini.
"Sawit di awal 2013 dimulai dengan harga USD 750 per ton, mungkin selepas triwulan I mulai naik ke USD 800 per ton. Kita yakin setelahnya pasti mulai lebih naik lagi," ungkapnya.
Doktor agribisnis lulusan IPB ini juga menyebut Kakao sebagai komoditas yang akan bersinar pada 2013. Pasalnya proses hilirisasi bahan baku coklat itu dinilai sukses. Sehingga banyak produk bernilai tambah yang diekspor. Alhasil nilai ekspor pun meningkat.
"Kakao karena proses industrialisasi kita pertumbuhan ekspornya akan cukup tinggi, baik dari sisi volume maupun nilai," tegasnya.
[arr]Reporter : Ardyan Mohamad
http://www.merdeka.com/uang/ekspor-komoditas-perkebunan-bakal-membaik.html