Sangatta: Petani kelapa sawit di
Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, mengeluhkan anjloknya
harga tandan buah segar (TBS) sawit di tingkat petani yang hanya Rp350
per kilogram (kg).
Rendahnya harga TBS di tingkat petani mengakibatkan mereka enggan
memanen dan memilih membiarkan buah sawit rusak sampai harga stabil
seperti akhir tahun lalu sebesar Rp600-Rp700 per kg.
"Kalau hanya dibeli Rp350 per kilogram, kami dapat apa. Sedangkan biaya
operasional begitu mahal, harga pupuk, obat-obat, perawatan serba
mahal," kata Alek, petani sawit di Desa Singa Gembara, Sangatta Utara,
Sabtu (19/1).
Menurutnya, sejak harga TBS turun hingga 50% dua tahun lalu, para petani
sangat kecewa. Puluhan ton sawit milik mereka dibiarkan tidak dipanen,
karena panen buka menguntung, melainkan rugi lebih besar. Alek mengaku,
memiliki 40 hektare (ha) kebun sawit berumur antara enam hingga sembilan
tahun. Dari luas tersebut, 20 ha di antaranya sudah panen rutin dengan
hasil rata-rata mencapai 20 ton setiap panen.
"Kalau saya panen, perlu biaya pekerja dan ada biaya angkut dari lokasi.
Kalau dipotong biaya selama pemeliharaan, seperti pupuk urea dan
obat-obat, maka dipastikan tidak untung," ujarnya.
Petani lainnya, Dohi, pemilik kebun kelapa sawit di Desa Singa Geweh,
Sangatta Selatan, mengatakan anjloknya harga tandan buah segar di
tingkat petani membuat petani lainnya enggan menjual sawit mereka dan
membiarkan rusak daripada dijual tapi rugi. "Kelompok tani kami
berjumlah puluhan orang dan rata-rata memiliki puluhan hektare sawit.
Selama ini (sawit) dijual ke pengepul dengan harga Rp700 per kilogram.
Sekarang harganya tinggal Rp350 per kilogram, petani pasti rugi,"
katanya. (Ant/OL-01)Metrotvnews.com,