Arifin Panigoro. (ANTARA)
" |
"Indonesia adalah rajanya perkebunan dan industri karet. Saat ini komoditas karet harganya terus menjulang. Ini bisa menjadi peluang bisnis yang besar," kata Arifin dalam National Seminar "Improving Entrepreneurial Ecosystem for Sustainable Business Competitiveness" di Jakarta, Sabtu.
Namun, Arifin menyayangkan sistem pengelolaan karet yang masih dilakukan secara tradisional di Indonesia, sehingga hasilnya masih belum maksimal.
Arifin mengaku saat ini sudah mulai merambah ke bisnis karet karena memiliki rencana untuk menyejahterakan kehidupan para petani karet di tanah air.
"Saya memiliki rencana untuk menjadikan petani sebagai shareholder. Kemudian membantu mereka (petani) meremajakan kebun dan mengadakan pelatihan dan pendidikan, sehingga pendapatan mereka bisa meningkat dan hidup sejahtera," kata Arifin.
Pada 2011, lanjut Arifin, harga karet mencapai 3.149 dolar AS per kg, sementara saat ini naik menjadi 3.758 dolar per kilogram (kg).
"Jadi, peluang bisnisnya sangat besar. Apalagi, areal karet di Indonesia jauh lebih luas dibandingkan Thailand dan Malaysia," kata Arifin.
Arifin mengungkapkan, pendapatan ekspor Indonesia dari komoditas karet sejak 2006 hingga 2011 terus mengalami peningkatan, yakni dari 4,32 miliar dolar pada 2006 menjadi 11,762 miliar dolar pada 2011.
"Namun, sayangnya kenaikan tersebut tidak diiringi dengan upah minimum pekerjanya. Upah minimum di Indonesia masih terbilang rendah, yaitu Rp1,379 juta, sedangkan di Thailand Rp2,6 juta dan di Malaysia Rp2,7 juta," kata Arifin.
Menurut Arifin, dengan berusaha meningkatkan produktivitas kebun karet petani, melakukan peremajaan bibit unggul serta pembudidayaan secara mutakhir, industri karet di Indonesia bisa lebih maju.
(T.R027/N002)(ANt)
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © 2012