Quote:
dokumentasi "VERSI" elektronik-ku ini bermaksud membiasakan menggunakan " LESS PAPER " ,serta "PENGHORMATAN ATAS KEBEBASAN BERPENDAPAT,BEREKSPRESI,& BERKREASI," utk menyampaikan informasi,dalam "AKTIVITAS HARIAN".. beberapa "ada" yang dikutip dari berbagai sumber yang *inspiratif* jika ada yg kurang berkenan mohon dimaklumi,jika berminat utk pengembangan BloG ini silahkan kirim via email. mrprabpg@gmail.com...Thank's All Of You

running text

Search This Blog

sudah lihat yang ini (klik aja)?

Monday, January 9, 2012

Konversi Teh Meningkatkan Ekonomi Masyarakat ...

MEDAN - PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Medan mengkonversi kebun teh seluas 800 hektare menjadi tanaman kelapa sawit karena akan meningkatkan perputaran uang di sekitar perkebunan teh itu sendiri.

Direktur Produksi PTPN IV Medan Balaman Tarigan menegaskan langkah perseroan mengkonversi tanaman teh menjadi sawit sudah melalui kajian matang dan terencana dengan baik.
“Kami akan meninggalkan kebun teh seluas 2.500 hektare di Simalungun agar tidak menghilangkan sejarah kebun teh yang dibuka Belanda zaman dulu,” ujarnya belum lama ini.

Menurut dia, perubahan iklim saat ini sudah mengubah ciri khas lokal dan keunggulan Teh Bah Butong, Teh Sidamanik, dan teh Toba Sari yang berada di dataran tinggi Kabupaten Simalungun, Sumut beberapa tahun terakhir. Hal ini, lanjutnya, ditambah lagi dengan tanaman teh yang berumur tua menyebabkan produktivitas sulit ditingkatkan. Saat ini luas tanaman teh yang diusahai PTPN IV sekitar 3.500 hektare.

Dia menegskan, terjadinya banjir dimusim hujan dan kekeringan musim kemarau didaerah Marjandi dan Sidamanik adalah juga bagian dari akibat perubahan iklim tersebut. Hal yang sama juga terjadi Berastagi dan Kabanjahe yang tidak memiliki kebun sawit juga sering banjir dan kekeringan sebagai akibat perubahan iklim. Artinya, kata Balaman Tarigan, tidak ada kaitan antara kebun sawit dan banjir dan kekeringan. “Bahkan Dari segi hidrologis kebun sawit berfungsi sebagaimana fungsi hutan.”

Lebih Mengungtungkan
Sementara itu, Direktur Keuangan PTPN IV Medan Dharma Sebayang menambahkan rata-rata harga jual teh selama 10 tahun terakhir tidak ada peningkatan yang nyata dibanding biaya produksi. Tahun 2000 – 2007, jelasnya, produktivitas relatif tetap, harga pokok produksi teh Indonesia rata-rata meningkat 13% per tahun, sementara harga jualnya hanya meningkat sebesar 4,8% per tahun.
Pasok teh dunia berlebih sebesar 250.000 ton per tahun, tuturnya, mengakibatkan sebagian perkebunan teh di India, Srilanka, dan China telah dikonversi ke tanaman lain secara bertahap.

Oleh karena itu, paparnya, PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) telah mengalami kerugian yang besar dalam budidaya teh, yaitu rata-rata Rp54,8 miliar per tahun selama 10 tahun terakhir dan tahun 2011 diperkirakan kerugian sebesar Rp65 miliar. Kerugian, jelasnya, terjadi bukan karena kesalahan budidaya tetapi terutama disebabkan rendahnya harga jual di pasar internasional.

Konversi kebun teh menjadi kelapa sawit, tambahnya, memberikan keuntungan yang lebih baik, dengan produktivitas kelapa sawit sebesar 19 ton tandan buah segar (TBS)/ha/tahun saja telah memberikan B/C ratio 1,12 sedangkan tanaman teh dengan bibit unggul produktivitas 2,2 ton DTK (daun teh kering)/ha/tahun hanya memberikan B/C ratio 0,42.

Secara keseluruhan, paparnya, agribisnis komoditi kelapa sawit mulai dari perkebunan, industri hilir dan perdagangan yang timbul memberikan multiplier effect yang sangat besar kepada masyarakat sekitar yaitu 2,91 dan hal ini akan mengakibatkan perputaran roda ekonomi wilayah semakin besar dan lancar.

Satu hal yang paling menguntungkan pemerintah daerah, paparnya, Pemkab Simalungun akan mendapatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang lebih besar karena dari sisi nilai jual objek pajak (NJOP) kebun kelapa sawit (Rp24.300,-/m, PTPN IV Kelapa sawit Kebun Puluraja) lebih besar dibanding NJOP kebun teh (Rp10.000,-/m, PTPN IV Teh Kebun Bah Butong, Simalungun) dimana 90% dari PBB dikembalikan ke daerah dalam bentuk dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK).

Jadi, jelas mantan Direktur Keuangan PTPN XIII Kalimantan Itu, konversi teh menjadi kelapa sawit dilakukan hanya pada sebagian areal saja terutama pada lahan < 1.000 m dpl, sedangkan pada lahan ketinggian > 1.000 m dpl komoditi teh akan tetap dipertahankan dalam luasan yang layak secara ekonomis dan dikelola lebih intensif. “Sehingga nilai historis, plasma nutfah maupun luasan dalam skala komersil komoditi teh Bah Butong, Tobasari dan Sidamanik masih tetap eksis. “

Paling diuntungkan, menurut dia, perkebunan kelapa sawit di dataran tinggi menjadi percontohan kepada pekebun kelapa sawit masyarakat dimana mereka dapat menjadi mitra binaan PTPN IV. Saat ini telah diterima juga permohonan beberapa tokoh masyarakat Pematang Raya (Kabupaten Simalungun) untuk membangun kebun plasma kelapa sawit di wilayahnya. “Belum ada tanaman kelapa sawit di dunia ini hidup dan mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi (19 ton TBS/ha/tahun), kecuali yang sudah dibuat PTPN IV di Toba Sari beberapa tahun lalu. Kami belajar dari konversi teh terdahulu (sekitar 1.000 hektare) menjadi sawit di Kebun Toba Sari, sehingga tahun ini akan mengkonversi tanaman teh di Sidamanik dan Bah Butong seluas 800 hektare menjadi tanaman kelapa sawit.”(relis)/EKSP

No comments:

cari apa aja di OLX

Sponsor By :

TEMBAKAU DELI

Hobies

Momentum