Quote:
dokumentasi "VERSI" elektronik-ku ini bermaksud membiasakan menggunakan " LESS PAPER " ,serta "PENGHORMATAN ATAS KEBEBASAN BERPENDAPAT,BEREKSPRESI,& BERKREASI," utk menyampaikan informasi,dalam "AKTIVITAS HARIAN".. beberapa "ada" yang dikutip dari berbagai sumber yang *inspiratif* jika ada yg kurang berkenan mohon dimaklumi,jika berminat utk pengembangan BloG ini silahkan kirim via email. mrprabpg@gmail.com...Thank's All Of You

running text

Search This Blog

sudah lihat yang ini (klik aja)?

Thursday, February 9, 2012

LSM Asing di Balik Boikot Ekspor CPO

Kampanye LSM asing di Indonesia diduga tidak murni untuk kepentingan lingkungan. Ada dugaan misi LSM asing salah satunya adalah membawa kepentingan industri minyak nabati yang menjadi andalan negara Amerika dan Eropa.

LSM Asing di Balik Boikot Ekspor CPOHal itu dikemukakan Guru Besar Teknologi Industri Pertanian IPB, Prof Gumbira Said merespons penolakan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) asal Indonesia oleh Amerika. Menurutnya, LSM asing terus melakukan kampanye negatif seputar industri berbasis sumber daya alam di Indonesia, termasuk industri perkebunan seperti sawit dan industri kehutanan yang menggunakan bahan baku dari hutan produksi.

‘’Tuduhannya juga masih sama. Yakni kerusakan lingkungan, pemanfaatan lahan gambut dan pelepasan limbah cair minyak sawit. Alasan mereka memang kelihatan sangat ilmiah, tetapi asumsinya saja yang kurang tepat. Sehingga kita (IPB, red) yakin, ada yang salah dalam dokumen mereka,’’ ujar Gumbira kepada wartawan, Rabu (8/2/2012).

Ia mensinyalir gerakan LSM asing membawa misi titipan dari industri minyak nabati di Amerika dan Eropa yang merasa terjepit pasarnya dengan perkembangan industri minyak sawit Indonesia. Salah satu kiatnya adalah menebarkan kampanye negatif tentang lingkungan yang dibidikkan langsung ke Indonesia.

“LSM asing itu sepertinya mempunyai kepentingan tertentu terhadap industri kelapa sawit Indonesia. Atau diperalat oleh sejumlah pengusaha besar Eropa yang merasa khawatir dengan perkembangan signifikan industri sawit kita,” katanya.

Hingga 2011, produksi CPO Indonesia sudah mencapai 22-23 juta ton per tahun. Namun, dalam catatan Gumbira, pihak Barat memprediksi total produksi CPO Indonesia pada 2022 bisa mencapai 31 juta ton per tahun. Kenaikan ini tentu membuat resah industri nabati Amerika dan Eropa. “Mereka khawatir biodiesel Indonesia akan menguasai dunia,” tandasnya.

Apalagi, lanjut Gumbira, produktivitas kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan komoditas minyak nabati lain. Industri kelapa sawit juga memiliki keunggulan dari segi efisiensi lahan.

Dari segi lahan, minyak sawit hanya membutuhkan 0,26 hektare untuk menghasilkan 1 ton CPO. Sementara, satu ton minyak kedelai memerlukan 2,22 hektare. Minyak bunga matahari menghabiskan 2 hektare untuk 1 ton. Dan, minyak kanola membutuhkan 1,52 hektare.

Kedua, dari segi produktivitas, minyak sawit sebesar 3,5 ton/hektare/tahun. Lalu, minyak kedelai 0,36 ton/hektare/tahun. Minyak kanola sebesar 0,55 ton/hektare/tahun, dan minyak bunga matahari mencapai 0,36 ton/hektare/tahun.

Pengamat Ekonomi Indef, Hendri Saparini juga mengingatkan, dalam persaingan global saat ini, isu apapun akan digunakan pihak Barat untuk menjamin kepentingan mereka. “Dan ini yang bermain bukan hanya pemerintah, pengusaha, atau LSM. Tapi mereka secara bersama-sama berupaya menggolkan tujuannya,” tandas Saparini.

Saparini juga tidak kaget jika pihak AS berupaya menghentikan ekspansi ekspor sawit Indonesia dengan berbagai alasan yang sering tidak masuk akal.

“Isu lingkungan itu bukan hal baru. Dulu juga pernah dibuat eco-labelling yang mewajibkan seluruh produk disertifikasi pro lingkungan. Sekali lagi, apapun akan digunakan untuk merebut persaingan global,” katanya.

Juru kampanye Media Greenpeace Asia Tenggara Hikmat Soeriatanuwijaya sebelumnya menjelaskan, sebaiknya penolakan CPO Indonesia oleh Amerika tidak mencari kambing hitam dengan menyalahkan pihak tertentu.

‘’Yang harus dilakukan pemerintah adalah komitmen kepada dunia atas kerja nyata untuk melindungi lingkungan di Indonesia dan memastikan industri sawit ramah lingkungan, lestari dan tidak melakukan pengrusakan lingkungan,’’ kata Hikmat.

Jika itu terwujud, katanya, dunia dan masyarakat Indonesia sendiri akan memberikan penghargaan dan tentunya industri sawit kembali menjadi primadona.(Marlen Sitompul | inilah.com)

No comments:

cari apa aja di OLX

Sponsor By :

TEMBAKAU DELI

Hobies

Momentum