BANGKA : Luas areal perkebunan karet di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka   Belitung (Babel), pada 2011 mencapai 14.108 hektare dengan produksi   73.935 ton atau meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya.      
"Minat petani mengembangkan perkebunan karet ini tinggi karena harga   getah karet di pasaran cukup baik untuk meningkat kesejahteraan keluarga   mereka," ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Bangka Selatan,   Hatamarryaryid di Toboali, Rabu.       
Ia mengatakan, saat ini, petani lebih tertarik untuk mengembangkan   perkebunan karet karena biaya pengelolaan yang cukup murah, ketersediaan   bibit berkualitas dan petani lebih mudah menjual getah karetnya.          
"Pada tahun ini diperkirakan luas dan produksi karet petani akan   mengalami peningkatan karena harga karet yang cukup tinggi mencapai Rp14   ribu per kilogram, sehingga petani akan semakin berlomba-lomba untuk   membuka lahan baru perkebunan karet," ujarnya.      
Ia menjelaskan, dari total luas perkebunan karet 2011 mencapai 14.108   hektare dengan rincian 7.093 hektare tanaman karet belum berproduksi,   6.626 hektare tanaman karet produksi dan 3.88 hektare tanaman karet   rusak yang tersebar di tujuh kecamatan.     
Yakni Kecamatan Toboali, Air Gegas, Simpang Rimba, Lepar Pongok, Tukak Sadai, Pulau Besar, dan Kecamatan Payung.      
Sementara itu, luas perkebunan karet 2010 hanya 11,966 hektare dengan   produksi 5,805 ton, 2009 seluas 10,511 hektare dengan produksi 7,224   ton, 2008 6,115 hektare dengan produksi 2,212 ton,  2007 seluas 3,795   hektare dengan produksi 3,484 ton, 2006 4,907 hektare dengan produksi   1,746 ton.      
Menurut dia, harga karet di pasaran cukup stabil, artinya, tidak terjadi   harga anjlok pada saat harga karet ini turun, sehingga tidak merugikan   petani, misalnya hanya mengalami penurunan Rp1.000 hingga Rp2.000 per   kilogramnya, tidak seperti komoditas lainnya, seperti bijih timah,  lada,  sawit.      
"Harga karet ini cukup stabil karena permintaan pasar dan pabrik pengolahan karet cukup tinggi," ujarnya.       
Ia mengatakan, kendala yang dihadapi petani dalam meningkat produksi   karet ini hanya cuaca, apabila hujan lebat turun, petani terpaksa   menghentikan menyadap karet, apabila dipaksakan petani akan rugi karena   getah  karet tumpah akibat air hujan tersebut.      
"Untuk sementara petani menghentikan penyadapan getah karet, selama   musim hujan ini, sehingga produksi karet petani berkurang," ujarnya.       
Namun demikian, diperkirakan produksi karet petani akan kembali meningkat pada saat  memasuki musim kemarau.       
"Getah pohon karet  tentu akan semakin banyak, karena selama musim hujan petani menghentikan penyadapan getah," ujarnya.
 (es/ES/bd-ant)B-D

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment