"Indonesia tercatat sebagai produsen minyak sawit (CPO) terbesar di dunia sementara untuk karet alam nomor dua terbesar di dunia. Sayangnya, mayoritas produksi CPO dan karet tersebut hanya diekspor dalam bentuk bahan mentah," ujarnya, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa pihak Panitia Kerja (Panja) Budidaya Sawit dan Karet di komisi VIII telah meminta BUMN-BUMN perkebunan produsen CPO maupun karet agar mempercepat hilirisasi produk primer mereka.
"Dengan hilirisasi, ada nilai tambah lebih besar bagi perekonomian nasional, berupa penciptaan lapangan kerja maupun penerimaan negara," ucap politisi PDI Perjuangan ini.
Aria Bima mengatakan bahwa hal itu juga telah dibahas dalam rapat dengar pendapat (RDP) Panja Budidaya Kelapa Sawit dan Karet dengan Pelaksana Tugas Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian BUMN, Muhammad Zamkhani, di Jakarta, Rabu (15/2) lalu.
Dijelaskan, rapat itu diikuti 14 direktur Perusahaan Perkebunan Milik Negara (PTPN) dari seluruh Indonesia.
Ia menyayangkan, bukannya berhasil mengembangkan industri olahan karet atau minyak sawit, ceruk bisnis produk primer BUMN perkebunan semakin hari justru kian kecil.
Dari total produksi CPO Indonesia yang kini mencapai 22-23 juta ton per tahun, menurutnya, belasan PTPN alias BUMN perkebunan hanya menyumbang sembilan persen.
"Sisanya dikuasai swasta dan perkebunan milik asing. Padahal, jauh sebelumnya, BUMN-BUMN perkebunan ini mampu menyumbang 80 persen produksi CPO kita," ungkapnya.
(es/ES/bd-ant)BD-S
No comments:
Post a Comment