(Foto : Beritadaerah.com) |
Permintaan CPO Turki sangat tinggi, di
mana selama ini mereka mengimpor dari Malaysia tapi belum cukup. Oleh
karena itu mereka membuka peluang untuk Indonesia.
Selain berpotensi sebagai pasar CPO
Indonesia, Turki juga bisa sebagai “batu pijakan” ekspor minyak sawit
Indonesia ke negara-negara Balkan. Apalagi, ekspor CPO Indonesia ke Uni
Eropa selalu mendapatkan hambatan sehingga Turki maupun negara Balkan
layak dilirik sebagai pasar baru.
Selain membuka peluang peningkatan ekspor, Turki juga menawarkan Indonesia membuka kantor pusat dagang CPO di negara tersebut.
Volume perdagangan Indonesia-Turki
sendiri masih dapat ditingkatkan. Apalagi, pimpinan k
edua negara
sepakat meningkatkan kerjasama perdagangan hingga mencapai volume 5
miliar dolar AS.
Terkait dengan kerjasama di bidang
pertanian, kedua negara, Indonesia dan Turki, telah menandatangani nota
kesepahaman (MoU) ketika Presiden SBY berkunjung ke Turki beberapa waktu
lalu.
Dan sebagai tindak lanjut, perlu dibentuk kelompok kerja (working group) agar MoU tersebut dapat segera diimplementasikan.
Sementara itu, kalangan industri sawit Indonesia optimistis target produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang ditetapkan pemerintah, 40 juta ton, pada 2020 bisa tercapai. Target tersebut dapat terealisasi apabila program peremajaan (replanting) kebun sawit berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Saat ini setidaknya ada sekitar 2 juta
hektare (ha) lahan kebun sawit milik rakyat yang produktivitasnya masih
di bawah 2 juta ton per ha per tahun. Sementara rata-rata produktivitas
sawit nasional sekitar 3,7 ton, masih di bawah rata-rata produktivitas
kebun sawit Malaysia yang mencapai 4,7 ton per ha.
Replanting diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas di angka 6 ton per ha. Upaya itu bukan tidak
mustahil bisa tercapai, sebab, produktivitas kebun sawit milik
perusahaan swasta ada yang mencapai 7,5 ton per ha.
Apabila kebun seluas 2 juta ha bisa
ditingkatkan produktivitasnya menjadi 5 ton, maka akan mendapatkan
tambahan produksi sekitar 6 juta ton. Tambahan itu baru akan dirasakan
lima tahun mendatang, apabila replanting tersebut dilaksanakan tahun ini.
Upaya replanting tidak hanya pada penggantian tanaman sawit yang sudah tua, tapi harus menerapkan praktik pertanian yang baik (good agriculture practices/ GAP), seperti menggunakan benih dari sumber resmi yang berkualitas dan pemupukan dengan baik.
Indonesia juga memberlakukan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil
(ISPO) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas para petani
sawit swadaya. Sertifikasi ini harus dimaknai sebagai keinginan baik
pemerintah, di mana isunya sekarang bagaimana petani swadaya bisa
bersama-sama meningkatkan produktivitas.
Melalui sertifikasi ISPO diharapkan
produktivitas petani swadaya meningkat, sekaligus meningkatkan nilai
jual hasil perkebunannya. Meskipun demikian, sertifikasi bagi petani
swadaya akan dilakukan bertahap. Pada 2014, pemerintah akan fokus
mendorong seluruh perusahaan besar untuk memperoleh sertifikasi ISPO.
Selanjutnya perusahaan besar yang telah
memperoleh sertifikat ISPO akan didorong untuk membantu petani plasma
mendapatkan sertifikasi tersebut. Setelah itu baru dilakukan sertifikasi
petani swadaya atau petani independen.
Sertifikasi ISPO adalah suatu kebijakan
yang diambil oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan meningkatkan daya
saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan mengurangi gas rumah
kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan.
(Berita Daerah – Nasional)
(et/EA/BD)Pic: ant