Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Jabar Arief Santosa saat ini areal teh di Jawa Barat mulai menyusut, dan berdampak pada penurunan produktivitas the nasional.
"Sebelumnya Indonesia berada diperingkat kelima produsen teh terbesar dunia. Tetapi, saat ini turun di peringkat ketujuh. Sehingga memicu kami untuk membuat suatu perubahan untuk mengembalikan kejayaannya," katanya, kepada Bisnis, Jumat (7/2/2014).
Rencananya, rehabilitasi dan intensifikasi itu akan dilakukan Maret 2014, setelah melalui serangkaian persiapan yang dilakukan dari tahun lalu. Adapun dananya akan diambild ari Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
Jumlah perkebunan teh yang direhabilitasi sendiri seluas 1.700 hektare dan perkebunan yang diberikan intensifikasi seluas 1.500 hektare.
Program itu, di khususkan untuk perkebunan rakyat, karena hampir 57% dari 48.636 hektare perkebunan teh di Jabar dimiliki oleh rakyat.
Arief menambahkan kawasan yang menjadi sasaran program itu disebar di delapan Kabupaten Jabar, antara lain, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Garut,Tasikmalaya, Majalengka, dan Purwakarta.
Sementara itu, National Reference Group on Tea (NRG) Indonesia Iyus Supriatna mengemukakan program tersebut, harus berada dalam pengawasan, bimbingan latihan oleh pemerintah terkait.
Menurutnya konsep intensifikasi dan rehabilitasi sudah ada sejak 10 tahun lalu. Melalui gerakan penyelamatan agribisnis teh Indonesia. Namun, tidak berkembang dengan baik hingga saat ini.
"Dulu masih dalam tahap penelitian, tetapi hasilnya bagus dengan merubah sistem bertaninya, dengan pemadatan populasi," katanya.
Selain itu, program itu juga harus ditunjang penyediaan pabrik yang berstandar internasional, agar kualitas pengolahan produksi lebih baik dan bernilai tinggi.
Editor : Mia Chitra Dinisari