Mengenalkan salah satu komoditas perkebunan kepada anak (Foto/Prabudi Gunawan) |
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Sindra Wijaya mengatakan dari sisi produksi kakao Indonesia sangat diperhitungkan di tingkat global. Namun dari segi kualitas, prodik kakao Indonesia masih kurang baik, sehingga perlu adanya impor sebagai campuran olahan kakao lokal.
”Kakao Indonesia terbesar tapi dari segi mutu itu jelek. Sehingga perlu ada campuran kakao dari luar negeri untuk pencampuran untuk meningkatkan produk olahan kakao,” kata Sindra Wijaya dalam diskusi Kakao di Gedung BEI Jakarta, Kamis (20/2).
Menurut Sindra kurang baiknya mutu kakao di Indonesia karena banyak perkebunan kakao Indonesia yang dibudidayakan pada tahun 1980-an sehingga sekarang umurnya sudah tua yang membuat kualitas dan kuantitas produksinya menurun. “Kakao di Indonesia itu dibudidayakan pada tahun 80-an sehingga sudah 30 tahun dan mutunya menurun,” imbuh Sindra.
Proyeksi 2014, produksi biji kakao diperkirakan 500.000 ton, sebanyak 40.000 ton diekspor. Kebutuhan untuk industri olahan kakao mencapai 500.000 ton, sehingga Indonesia masih harus impor 40.000 ton lagi.
Pada 2015 diprediksi kebutuhan industri terhadap kakao mencapai 600.000 ton, sedangkan produksi masih 500.000 ton. Artinya pada tahun 2015 masih ada impor biji kakao sebanyak 100.000 ton. “Tahun 2015 kita akan impor 100.000 ton biji kakao,” tegas Sindra. (dtc/int)