Wakil Ketua I Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun mengatakan faktor utama penyebab melemahnya harga CPO [termasuk komoditas lain] adalah kondisi ekonomi sebagian negara anggota Uni Eropa.
“Anda tahu bahwa krisis ekonomi Junani, Spanyol, Portugis, dan Italia
masih belum menemukan titik keseimbangan. Oleh karena itu, harga komoditas seperti CPO [crude palm oil] di pasar Uni Eropa melemah,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat 8 Juni 2012.
Menurutnya, saat ini harga CPO berada di kisaran 1.035 dolar AS per ton dari sebelumnya 1.180 dolar AS per ton.
Faktor lain penyebab harga CPO menurun, jelasnya, India dan China sebagai pembeli CPO terbesar saat ini menunda pembelian karena masyarakatnya juga mengurangi konsumsi minyak goreng.
“Masyarakat India dan China mengurangi beli minyak goreng karena imbas perekonomian Uni Eropa. Daya beli masyarakat India dan China ikut turun,” tuturnya.
Harga sebesar itu, kata dia, diperkirkan bakal tetap bertahan karena pasok CPO ke pasar dunia juga tidak bertambah. Malahan, kata dia, pasok dari Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar di dunia sedikit menurun untuk memenuhi pasar dalam negeri.
Biasanya, jelasnya, menjelang Lebaran dan Idul Fitri permintaan minyak goreng di dalam negeri meningkat.
“Para prosesor minyak goreng mulai saat ini sudah membuat stok untuk produksi minyak gorerng beberapa bulan ke depan,” tuturnya.
Kalaupun ada pertambahan produksi CPO Indonesia, paparnya, seluruhnya akan diserap pasar dalam negeri untuk kebutuhan lebaran dan Idul Fitri.
Berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati Sumatra Utara kuartal I/2012 masih bertumbuh 18,19 persen menjadi US$1,421 miliar, meski secara total terjadi penurunan perolehan devisa di periode tersebut sebesar 5,77 persen.
Pada April, nilai ekspor minyak nabati yang didominasi minyak sawit mentah atau CPO tinggal US$308,365 juta atau turun 24,97 persen dari Maret yang sudah US$440,343 juta.
Sementara itu, B. Nainggolan, petani kelapa sawit di Labuhanbatu Sumut mengakui harga tandan buah segar (TBS) ditingkat pabrik turun dari Rp1.280 menjadi Rp1.180 per kiogram. Biasanya, kata dia, harga TBS turun jika harga CPO juga turun.
Saat ini, jelasnya, harga CPO di pasar lokal menjadi Rp8.408 per kilogram dari sekitar Rp10.120 sebelumnya.
Harga TBS diperkirakan menguat sedikit karena permintaan minyak goreng menjelang Lebaran dan Idul Fitri Juli-Agustus bakal meningkat.
“Untung Indonesia memiliki pasar domestik yang kuat. Kalau tidak harga CPO di pasar internasional sudah ambruk di bawah US$1.000 per ton akibat krisis ekonomi Eropa,” tutur mantan pegawai di salah satu kantor pemerintah itu.
Dia optimis ke depan minyak sawit akan tetap menjadi tulang punggung ekonomi nasional, apalagi pemerintah serius memberikan insentif kepada investor untuk mengembangan industri hilir berbahan baku minyak kelapa sawit.
Oleh Master Sihotang
on Jun 8th, 2012Bisnis Sumatera