Bengkulu: Komisi II DPRD Provinsi Bengkulu mengimbau para pengusaha pengolah 
minyak sawit agar mengekspor hasil bumi itu dari Pelabuhan Pulau Baai 
untuk menambah pendapatan daerah.
"Pendapatan daerah dari sektor 
perkebunan kelapa sawit salah satunya dari pajak ekspor, tapi kalau 
pengusaha tidak melakukan ekspor dari Bengkulu berarti daerah kehilangan
 pemasukan," kata Ketua Komisi II DPRD Provinsi Bengkulu, Lukman di 
Bengkulu, Rabu 20 Juni 2012.
Ia mengatakan sejak PT Pelindo 
melakukan pengerukan alur, kedalaman sudah mencapai 10 meter dan dapat 
dimasuki kapal berbobot 30 ribu ton.
Untuk itu, kata dia, tidak 
ada alasan bagi pengusaha pengolah minyak sawit atau "crude palm oil" 
(CPO) untuk tidak mengekspor produk mereka dari Pelabuhan Pulau Baai.
Sebelumnya
 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Djoko Santoso 
mengatakan dalam beberapa tahun terakhir tidak ada catatan ekspor CPO 
dari Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
Artinya kata dia, CPO dibawa 
ke provinsi tetangga seperti Lampung dan Sumatra Barat, bahkan Tanjung 
Priok, Jakarta lalu diekspor ke berbagai tujuan.
"Dalam beberapa 
tahun terakhir, kami tidak pernah mendapat catatan angka ekspor CPO dari
 Kantor Bea dan Cukai Bengkulu, yang artinya Bengkulu tidak mendapatkan 
pemasukan dari ekspor CPO," katanya.
Ia mengatakan ekspor 
Bengkulu melalui Pelabuhan Pulau Baai hanya tercatat beberapa komoditas 
seperti batu bara, karet, cangkang sawit, biji besi dan sayur-mayur.
"Dengan
 kata lain, Bengkulu kehilangan pemasukan dari ekspor CPO, padahal 
produk ini cukup banyak dihasilkan oleh perusahaan pengolah minyak sawit
 di Bengkulu," katanya menjelaskan.
Manajer Operasional PT 
Pelindo II Bengkulu Muhammad Amin membenarkan tidak adanya aktivitas 
ekspor CPO dari Pelabuhan Pulau Baai.
"Hanya ada pengiriman 
domestik seperti CPO milik PT Sandabi Indah Lestari dan PT Bio Nusantara
 yang dikirim ke Jakarta, tapi yang ekspor langsung dari Pelabuhan Pulau
 Baai tidak ada," katanya.
Menurutnya, kendala utama adalah volume yang tidak terpenuhi oleh pengusaha pengolah CPO.
"Kami sudah pernah tawarkan ekspor 5.000 ton saja tapi tidak terpenuhi," katanya.
Amin
 mengatakan, penyebab lainnya adalah tidak adanya asosiasi bagi 
perusahaan perkebunan sawit atau pengusaha pengolah CPO di Provinsi 
Bengkulu.
PT Pelindo II kata dia sudah pernah mengusulkan sistem "join kargo" namun belum mendapat tanggapan dari pengusaha.(antara)
/Eksp

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
