Aek Kanopan. Sejumlah petani kecil di 
Kabupaten Labuhan Utara (Labura) mengaku menanam karet lebih 
menguntungkan dibanding menanam kelapa sawit. Alasannya, dengan lahan 
yang terbatas produksi karet lebih menguntungkan. 
                  Seperti dituturkan B 
Sitorus (58), petani di Kuala Beringin, Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten 
Labura. Pria yang mengaku sudah bercocok tanaman karet sejak tahun 80-an
 ini mengatakan, dengan kualitas kualitas tanamannya dia bisa memperoleh
 hasil 50 kilogram getah karet basah per hektare setiap minggunya atau 
dalam satu bulan sekitar 200 kilogram per hektare. Artinya, kata dia, 
dengan perhitungan harga Rp8.500 per kilogram, dirinya bisa meraih 
pendapatan Rp1,7 jutaper bulan. "Kalau bertani kelapa sawit hasilnya 
pasti lebih sedikit," ungkapnya. 
Dijelaskannya, tanaman kelapa 
sawit, dengan pola tanaman masyarakat yang juga kurang memperhatikan 
kualitas tanaman. Untuk satu hektare hanya mampu memperoleh rata-rata 
satu ton dalam sebulan atau satu kali panen per dua minggu sebanyak 500 
kilogram. Dengan harga kelapa sawit di lapangan sekarang ini Rp1.200 per
 kilogram, terangnya, petani hanya memperoleh Rp1,2 juta per hektare 
setiap bulan. 
Namun yang menjadi pertimbangan, lanjutnya, untuk 
tanaman karet harus dikerjakan atau menderes setiap harinya. Sedangkan 
untuk tanaman kelapa sawit hanya dipanen dua minggu sekali atau dua kali
 dalam satu bulan. Dan sebagai perbandingan juga, ujarnya, untuk tanaman
 karet seluas dua hektare dikerjakan oleh dua orang setiap harinya. 
Dimana untuk satu minggu harus dideres sebanyak empat kali atau lima 
kali. Sedangkan tanaman kelapa sawit, dua orang dapat memanen enam 
hektare dan panennya hanya dua kali dalam satu bulan atau per dua minggu
 sekali panen.
Dari sisi perawatan, perawatan dan pemupukan 
tanaman kelapa sawit jauh lebih besar biayanya ketimbang tanaman karet. 
Demikian juga masa trek (turun hasil), tanaman kelapa sawit masa treknya
 selama enam bulan, sedangkan tanaman karet tergantung jenis atau 
varitas bibitnya. "Jika bibit unggul, masa treknya rata rata hanya lebih
 kurang tiga bulan. Sedangkan jika varitas bibitnya stum atau kurang 
berkualitas bisa mencapai enam bulan," tambahnya.
Hal senada juga
 dikatakan Rulis Harahap (61), petani karet di Desa Londut, Kecamatan 
Kualuh Hulu. Menurutnya, meskipun masyarakat kurang memperhatikan 
kualitas tanamannya, namun petani kecil yang memiliki lahan terbatas 
dinilai lebih diuntungkan menanam karet ketimbang kelapa sawit.  
"Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman bagi petani besar atau pengusaha
 yang memiliki lahan luas, minimal luasannya sepuluh hektare lebih," 
ujarnya. (ricardo simanjuntak)/MB

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
