Medan. Realisasi ekspor kakao (coklat) di 
Propinsi Sumut pada Januari-April 2012 susut (melemah) sekitar 20,74% 
dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Lesunya permintaan ini 
disebabkan krisis finansial yang melanda negara-negara di Eropa dan 
Amerika Serikat (AS) sehingga negara tujuan dipusatkan ke negara ASEAN 
dan Asia.
                  Kepala Badan Pusat 
Statistik (BPS) Sumut, Suharno, mengungkapkan, volume dan nilai ekspor 
biji coklat selama Januari-April turun juga karena panen yang kurang 
baik dan makin banyak biji coklat yang diolah menjadi produk bernilai 
tambah di dalam negeri. 
"Ekspor biji coklat turun. Selain karena
 panen tahun ini memang kurang baik, biji coklat yang ditampung dan 
diolah dalam negeri juga makin banyak," ujarnya, Senin  (11/6).
Menurut
 data yang dirilis BPS, pada periode Januari-April 2012, realisasi nilai
 ekspor turun 20,74% dari US$ 51,235 juta menjadi US$ 40,607 juta. 
Begitu juga dengan realisasi volume ekspor coklat periode Januari-April 
2012 yang turun dari 17.180 ton menjadi 16.636 ton.
Sementara 
itu, data BPS juga menunjukkan, devisa yang dihasilkan dari ekspor biji 
coklat hanya sebesar US$ 123,828 juta sepanjang tahun 2011 dan turun 
dari tahun sebelumnya yang mencapai US$ 163,909 juta. Penurunan nilai 
juga dipengaruhii pada penurunan volume ekspor biji coklat yang turun 
dari 147.437 ton menjadi 140.368 ton.
Sedangkan negara yang 
meminta biji kakao Sumut yaitu Malaysia, Singapura, China, Prancis, 
Spanyol dan Amerika Serikat. "Negara-negara tersebut memang banyak 
membutuhkan bahan baku kakao dari Sumut untuk pengolahan industri coklat
 di sana," jelasnya.
Tercatat, ekspor kakao terbessar ke Malaysia
 senilai US$ 17,333 juta dan volume 7.737 ton, atau turun 19,08% 
dibandingkan tahun lalu yang mencapai US$ 21,421 juta dan volume 7.422 
ton. Selanjutnya, ke Singapura senilai US$ 9,984 juta dan volume 4.455 
ton. Asosiasi Eksportir Kakao Sumut, Andryanus, membenarkan turunnya 
ekspor biji coklat ini. Katanya sepanjang tahun 2012, musim panen tidak 
begitu banyak. "Selain itu, pasaran di luar negeri memang lagi turun. 
Harga lokal kini lebih mahal dibanding ekspor, sehingga biji coklat 
lebih banyak dijual di pasar domestik," katanya.
Selain biji 
kakao, ekspor sejumlah komoditas Sumut juga mengalami penurunan seperti 
karet dan barang dari karet, minyak atsiri, teh dan hortikultura yang 
mencakup cabe kering, kecang tanah, asam jawa dan bibit tanaman. 
Pencapaian
 nilai ekspor Sumut sepanjang tahun 2012 yang menembus US$ 3,49 miliar 
dengan volume 2.670.332 ton mengalami penurunan sekira 5,77% 
dibandingkan capaian ekspor tahun lalu senilai US$ 3,708 miliar dan 
volume 2.207.263 ton. Turunnya nilai ekspor ini karena buyer menahan 
order sejumlah komoditi Sumut terutama dari sektor pertanian, industri, 
pertambangan dan penggalian, akibat masih belum pulihnya ekonomi Eropa 
dan AS. (elvidaris simamora)/MB

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
