MEDAN - Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei tidak akan dibatasi 
untuk industri hilir CPO saja. Dengan adanya induk usaha (holding) 14 
BUMN Perkebunan yang berpusat di Sumut, ke depan, KEK Sei Mangkei 
terbuka untuk industri hilir semua komoditas, seperti karet.
Direktur
 Utama Holding BUMN Perkebunan, Megananda Daryono saat beraudiensi 
dengan plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho belum lama ini mengatakan, 
untuk pengembangan Sei Mangke ke depannya, pihaknya tidak akan membatasi
 KEK tersebut hanya untuk industri hilir CPO saja. Dengan dukungan 
infrastruktur transportasi yang baik berupa pelabuhan laut, udara dan 
kereta api, Megananda yakin, KEK Sei Mangkei tersebut sangat layak bagi 
banyak investasi.
“Tidak
 saja untuk CPO, kita membuka peluang investasi seluas-luasnya bagi 
investor. Bisa juga industri hilir karet, karena kita juga punya karet 
yang cukup,” kata Megananda.
Bukan itu saja, Megananda 
mengungkapkan, pihaknya ke depan juga akan mengintegrasikan sawit dengan
 industri hilir peternakan sapi. Tahun ini saja, jelas dia, ada 35 ribu 
sapi yang dipasok ke perkebunan-perkebunan sawit milik PTPN di Sumut.
“Untuk
 PTPN III dan IV masing-masing 15 ribu dan PTPN II sebanyak lima ribu 
ekor yang akan dibesarkan di Sumut. Tahun depan jumlahnya akan 
ditingkatkan lagi. Program ini akan mendorong swasembada daging Sumut 
dan sekaligus kita mengharapkan akan berkembangnya industri hilir daging
 sapi di Sumut,” terang Megananda.
Oleh karena itu, lanjut 
Megananda, semua industri hilir yang akan dikembangkan di KEK Sei 
Mangkei akan disambut terbuka karena semakin banyak investasi di KEK 
tersebut akan semakin baik demi percepatan perluasan ekonomi Indonesia 
dan Sumut khususnya. Megananda juga mengungkapkan, pihaknya tidak perlu 
menunggu investor di Sei Mengkei, karena PTPN 1-14 sudah siap mendirikan
 industri hilir di kawasan tersebut.
Megananda menjelaskan, 
Holding BUMN Perkebunan tersebut membawahi 14 PT Perkebunan Nusantara 
(PTPN) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia dengan total asset Rp 50 
Trilyun. Holding BUMN Perkebunan juga berpotensi membukukan laba bersih 
sebesar Rp5,3 triliun pada akhir tahun 2012, melonjak dari tahun 2011 
yang diperkirakan sekitar Rp3,6 triliun.
Dengan asset lahan 
seluas 1 juta hektar menurut Megananda menjadikan Holding BUMN sebagai 
perusahaan perkebunan terbesar di dunia. Megananda yang merupakan Dirut 
PT PN III ini mengungkapkan bahwa sebagian besar operasional Holding 
akan dijalankan di Medan mengingat tujuh direktur holding berasal dari 
PTPN III.
Dikatakannya, masing-masing PT PN akan berproduksi 
seperti biasa dimana ditekankan kepada setiap perkebunan untuk 
meningkatkan produksi sebanyak-banyaknya dengan biaya seminimal mungkin.
 Sedangkan untuk pemasaran dan pembayaran untuk setiap komoditi yang 
dihasilkan PT PN akan dilakukan secara satu pintu oleh holding, sehingga
 dapat meningkatkan kekuatan.
Untuk pengembangannya ke depan, 
holding akan meningkatkan investasi diantaranya meningkatkan produksi 
dengan perluasan lahan, dan masuk pada industri hilir. "Untuk mengejar 
swasembada gula, misalnya, kami akan meningkatkan produksi dengan cara 
membuka lahan baru di Sumatera Selatan, Kalimantan dan kawasan Indonesia
 Timur. Selanjutnya, pemasaran akan diupayakan lebih baik, yang selama 
ini gula hasil produksi dijual per karung, maka akan diuusahakan dengan 
retail dalam kemasan kecil yang bisa dikerjasamakan dengan perusahaan 
daerah. Dengan begitu harga jual dapat lebih baik lagi, karena 
meminimalkan perantara," bebernya. 
Sementara itu, plt Gubernur 
Sumut, Gatot Pujo Nugroho mengharapkan pembentukan holding 14 BUMN 
Perkebunan tersebut memberi manfaat besar bagi warga Sumatera Utara. 
Terlebih karena Sumut menjadi pusat aktivitas bagi manajemen holding 
BUMN tersebut.
Editor: ANGGRAINI LUBIS(Wpd)
(dat17/wol)

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
