MEDAN: Harga karet di pasar internasional kembali bergerak naik menjadi 3,330 dolar AS per kg dari 3,233 dolar AS per kg sebelumnya diduga karena pengaruh kebijakan negara produsen yang akan menahan ekspor.
“Harga karet Indonesia jenis SIR 20 misalnya, pada Minggu lalu ditutup
3,300 dolar AS per kg untuk pengapalan Desember atau naik dari harga di Jumat yang sempat 3,233 dolar AS per kg,” kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, di Medan, Selasa 15 November 2011.
Harga ekspor yang menguat itu membuat harga bahan olah karet (bokar) di pabrikan kembali naik atau menjadi Rp24.700 – Rp26.700 per kg dari Jumat yang Rp24.000 – Rp26.000 per kg.
“Meski harga sudah mulai naik, tetapi Gapkindo tetap memberlakukan kebijakan yang meminta eksportir tidak mengekspor kalau harga di bawah 3 dolar AS per kg,” katanya.
Harga karet yang sudah naik 3,300 dolar AS per kg itu sendiri dinilai masih jauh dari harga jual sebelumnya yang mencapai 4 dolar AS lebih.
Pedagang karet di Sumut, M Harahap, menyebutkan, meski harga bokar kembali naik, pedagang tidak berani ber spekulasi.
“Kalau ada barang, langsung dilepas aja karena khawatir harga tertekan lagi hingga di bawah 3 dolar AS per kg,” katanya.
Meski, kata dia, harga jual yang di kisaran Rp24 ribuan hingga Rp26 ribuan per kg itu masih di bawah harga beli ke petani sebelumnya.
“Pedagang memang rugi, karena dewasa ini stok bokar di tangan pedagang dibeli dengan harga lama saat harga jual komoditas itu di kisaran Rp29.000 – Rp30ribuan per kg,” katanya.
Selain rugi besar dari selisih harga beli dan jual, pedagang juga khawatir semakin sulit mendapatkan getah karena sebagian petani mulai enggan menjual dengan alasan harga terlalu murah.
Padahal getah petani pun sedikit karena penderesan terganggu akibat musim hujan, katanya.(BS)
No comments:
Post a Comment