Medan. Realisasi investor penanaman modal asing (PMA) di Sumatera Utara (Sumut) di sektor perkebunan kelapa sawit telah mencapai US$ 314,909 juta dengan 28 perusahaan. Dimana, bidang usaha mendominasi perkebunan kelapa sawit terpadu serta industri pengolahan menjadi minyak sawit dan inti sawit.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Sumut, Salman Ginting melalui Kepala Sub Bidang Pengawasan Pengendalian dan Industri Mimi Rangkuti, mengatakan,
target dari investor perusahaan PMA pada sektor perkebunan di Sumut sebanyak US$ 620,864 juta dan yang sudah teraliasasi US$ 314,909 juta. "PMA itu ada dari Belgia, Inggris, Malaysia dan lainnya dengan mampu menyerap 12.457 orang tenaga kerja," ujarnya kepada MedanBisnis, Jumat (18/11).
Dikatakannya, sebanyak 28 perusahaan PMA tersebut banyak bergerak dibidang usaha perkebunan kelapa sawit serta pengolahannya yakni PT Socfin Indonesia dari Belgia, PT Eastern Sumatera Indonesia dan PT Kreatam Iramindo. Untuk industri pengolahan minyak sawit dan industri kaleng oleh PT Pacifik Medan Industri, usaha pengolahan minyak sawit dan inti sawit, industri pengolahan minyak makan dari nabati, serta industri minyak goreng dan minyak kelapa sawit. "Data investasi ini berdasarkan data yang dimiliki BKPM Sumut," katanya.
Sedangkan data perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada sektor perkebunan kelapa sawit sebanyak 86 perusahaan dengan realisasi investasi sebanyak Rp 3,378 miliar dari rencana Rp 7,084 miliar.
Bidang usaha yang banyak dikembangkan yakni perkebunan kelapa sawit oleh PT Perkebunan Nusantara 4, PT Perusahaan Perkebunan Panigoran, PT Sinar Mas Agri Resourcese, MP Leidong West Indonesia dan PT Andalas Inti Estate Corporation.
Selanjutnya pada bidang usaha perkebunan kelapa sawit, karet, coklat dengan pengolahannya serta industri hilir yakni PT Perkebunan Nusantara. Bidang usaha perekebunan karet, coklat dan kelapa sawit, perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit, bidang usaha perkebunan kepala sawit, jasa konsultasi pengembangan bisnis manajemen, industri pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit dan inti sawit (PKO) dan usaha perekebunan sawit terpadu dan pengolahannya menjadi industri minyak kasaw dari nabati.
Dikatakan Mimi, pihaknya akan terus mempromosikan pengembangan sektor hilir pada sektor perkebunan untuk meningkatkan investasi masuk ke daerah ini. Sebab, dengan luas lahan, penyusunan tata ruang dan tata wilayah belum kelar, pemerintah mengalihkan investasi pada sektor hilir.
“Sektor perkebunan tidak bisa lagi dipromosikan karena lahannya semakin menipis. Sedangkan pertambangan masih sulit untuk dipromosikan karena penyusunan tata ruang dan tata wilayah belum selesai. Jadi khawatir akan bentrok dengan kawasan hutan lindung,” jelasnya.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut Bidang Investasi, Jonner Napitupulu mengatakan, pengembangan sektor hilir memang lebih dibutuhkan daripada hulu. Berbagai kekurangan atau kebutuhan daerah ini terhadap industri hilir harus lebih dipromosikan ke investor. “Memang sudah seharusnya tidak lagi menjual bahan baku. Seperti Malaysia yang sudah fokus ke sektor hilir sejak beberapa tahun terakhir,” ucapnya.
Dengan pengembangan sektor hilir maka akan lebih banyak produk yang bisa dihasilkan dari berbagai komoditas dari daerah ini seperti kelapa sawit. Saat ini Sumut hanya bisa memproduksi 10 turunan dari komoditi kelapa sawit sedangkan Malaysia sudah memproduksi 25 produk turunan. (n yuni naibaho)/MB
No comments:
Post a Comment