BALI- Pendapatan dari sektor industri kelapa sawit pada 2010 sebesar Rp12 triliun, yang memicu banyak pemilik modal tertarik untuk menggeluti industri tersebut.
Head of Threat Mitigation Initiative Departement Sawit Watch, Norman Jiwan, mengatakan hal itu di sela-sela acara Konferensi HAM dan Bisnis, di Kuta, Bali, Senin.
"Selain itu sektor itu berpotensi bagi pengembangan pembuatan bahan bakar alternatif biodiesel atau minyak nabati," ujarnya.
Dia menjelaskan, pemerintah pada 2020 akan
meningkatkan produksi minyak sawit mentah menjadi 40 juta ton.
Dari jumlah sebanyak itu, tambah Norman, 50 persennya akan digunakan untuk pembuatan minyak nabati.
"Melihat potensi dan keuntungan yang menjanjikan tersebut membuat banyak perusahan tertarik untuk terjun dalam industri kelapa sawit," katanya.
Menurut Norman, hal inilah yang memicu terjadinya perluasan atau ekspansi lahan industri kelapa sawit secara besar-besaran di Tanah Air.
Tercatat sampai 2011 seluas satu juta hektare lahan yang digunakan untuk menambah atau memperluas perkebunan tersebut di 17 provinsi.
"Akibatnya, hal itu mengancam ketahanan pangan di negeri ini karena perluasan perkebunan tersebut mencaplok lahan pertanian," ujarnya.
Norman mengatakan, selain potensi dan perhitungan keuntungan yang menjanjikan, ada pertimbangan lain yang membuat banyak perusahaan menggeluti bidang itu.
Dia menambahkan, pertimbangan itu adalah buruh di Indonesia yang sangat murah dibandingkan negara lainnya. Kemudian, lanjut Norman, harga tanah di wilayah Tanah Air yang murah.
No comments:
Post a Comment