MEDAN - Selama ini bibit berkualitas masih tergolong mahal. Saat ini perusahaan yang memiliki bibit kualitas unggul ada di Lonsum, Socfindo dan PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit).
“Kalau bibit tersebut dari PPKS terdapat label yang menandakan
bibit tersebut dari mereka melalui sinar laser, jadi bisa ketahuan bibit tersebut berasal dari mana,” kata Asmar Arsjad Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Selasa (8/11).“Kalau bibit tersebut dari PPKS terdapat label yang menandakan
Sementara itu untuk peremajaan lahan sawit sendiri satu hektar membutuhkan dana sekitar Rp 28 juta hingga bisa berproduksi sampai umur tiga tahun. Namun demikian saat ini sudah terdapat waralaba untuk memperoleh bibit dan benih kualitas unggul dari PPKS, “ada ratusan kelompok dalam waralaba ini, syarat ada kelompok tani dan punya dana 25 juta serta lahan untuk mendistribusikan bibit tersebut kalau sudah jadi,” katanya.
Kendati demikian petani sawit yang tergabung dalam Apkasindo sudah mengusulkan program kepada pemerintah pusat. Program tersebut berupa sertifikasi lahan, peremajaan lahan dan perbaikan infrastruktur.
“Kami minta agar pajak bea keluar yang dikutip pemerintah selama ini untuk dipergunakan kepada petani. kami minta dari pemerintah sebesar Rp 3 triliun, namun saat ini belum ada realisasinya,” kata Arsyad.
Disamping itu juga terdapat program 35:26, pada 2020 target produksi sawit nasional mencapai 40 juta ton per tahun, sementara saat ini hanya masih berkisar 25 juta ton pertahun, program ini dicanangkan pada 2010. Untuk meningkatkan produksi tanaman sawit para petani juga lebih mengkonsentrasikan untuk meningkatkan kualitas produksi, bukan luas areal pertanian.
Kendala lainnya saat ini untuk meningkatkan kualitas produksi sawit, saat ini tidak ada bantuan dari pemerintah untuk tenaga pendamping bagi petani sawit.
“Seperti dulu kan ada tenaga pendamping, namun sekarang tidak ada. Mereka banyak yang sudah menjadi anggota dewan dan kepala dinas. Sementara itu kita selalu dimintai biaya keluar, jadi untuk apa itu selama ini bea keluar yang dibebankan kepada eksportir,” katanya.(Fahrizal/Trib-m)