"Saat ini ada 15 kelompok tani banyak beralih menanam kakao sebagai pengganti tanaman kopi, dan mereka juga mendapatkan bantuan bibit. Hasil komoditas kakao ini selain harganya cukup menjanjikan, juga bisa dipanen sepanjang tahun," kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat, Hasan Barin Ibnu, di Pagaralam.
Menurut dia, nantinya masing-masing petani mendapatkan bantuan 400 batang bibit untuk satu hektare lahan.
Dia menegaskan, kakao ini merupakan salah satu komoditas perdagangan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan, sehingga diharapkan dapat meningkatan penghasilan petani.
"Petani kakao Pagaralam secara signifikan terus meningkat pendapatannya, namun mutu komoditas salah satu haril perkebunan itu masih sangat rendah dan beragam, sehingga harga jual menjadi turun," ujar dia.
Dia menjelaskan, beberapa faktor penyebab mutu kakao beragam adalah karena minim sarana pengolahan, lemah pengawasan mutu serta penerapan teknologi pada seluruh tahapan proses pengolahan biji kakao rakyat tidak berorientasi pada mutu.
Selain itu, perlu pengawasan dan pemantauan setiap tahapan proses yang harus dilakukan secara rutin, agar tidak terjadi penyimpangan mutu, kata dia.
Hal tersebut perlu diperhatikan oleh petani, agar biji kakao yang dihasilkan bermutu tinggi sehingga harga jual menjadi tinggi, ujar Hasan.
Petani, kata Hasan, harus mengerti mulai proses pengolahan buah kakao, menentukan mutu produk akhir, karena dalam proses ini terjadi pembentukan calon cita rasa khas dan pengurangan.
Selain bantuan bibit, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pagaralam juga memberikan pembinaan kepada kelompok tani mulai dari penanaman, pengolahan lahan hingga memetik hasil.
Hal itu dilakukan agar kualitas hasil panen tinggi, sehingga harga juga terjamin, kata dia pula.
Ketua Kelompok Tani Mandiri, Parkazi, mengatakan untuk satu hektare lahan dibutuhkan sekitar 400 batang bibit kakao, dengan masa panen jika sudah berumur tiga tahun.
"Memang hampir 25 persen petani kopi di Pagaralam sudah beralih menanan kakao, mengingat harga tanaman tahunan yang dibudiyakan selama ini masih selalu rendah dan waktu panen hanya satu kali," ujar dia.
Sedangkan kakao, kata Parkazi, selain harga stabil dan petani dapat melakukan panen satu minggu sekali.
Saat ini, petani kakao daerah itu bisa menghasilkan 100 kilogram per minggu untuk satu hektare lahan budidaya.
"Harga kakao juga cukup menjanjikan, mencapai Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per kilogram," ujar dia.
(dn/DN/bd-ant)/BD
No comments:
Post a Comment