MEDAN- Kepedulian PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III (Persero) terhadap pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Sumatera Utara (Sumut) sudah tidak diragukan lagi.
Sejak 1989– Oktober 2011, sudah Rp103 miliar dana bantuan yang disalurkan ke mitra binaan UMKM untuk mengembangkan usaha
PTPN III berpandangan UMKM yang tersebar di Sumut merupakan salah satu penyangga perekonomian rakyat agar lebih berkembang, modern,tangguh,dan mandiri. Diharapkan, ekonomi rakyat yang memiliki fungsi dan peranan strategis tersebut mampu mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. “Kemitraan UMKM yang termasuk dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) ini bertujuan meningkatkan kemampuan usaha kecil di Sumut. Harapannya, usaha yang telah dirintis dapat berkembang lebih pesat, melalui dana dari sebagian laba dalam bentuk pinjaman modal kepada mereka yang menjadi mitra binaan,”katanya belum lama ini.
Pembinaan tidak hanya di Sumut, tapi juga di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dengan total jumlah penerima dana UKM sebanyak 3.995 mitra binaan. Dana kemitraan itu berasal dari penyisihan laba badan usaha milik negara (BUMN), setelah pajak dan maksimal 2% setahun atau sesuai keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS). PTPN III juga ikut bertanggung jawab mengembangkan mitra binaan dengan ikut mempromosikan usaha mitra tersebut.
Misalnya dengan melakukan kegiatan berupa pelatihan dan mengikutsertakan mereka dalam pameran-pameran tingkat lokal, nasional hingga mancanegara. “Rasa kepedulian yang kami berikan tidak hanya dalam penyaluran dana dan pelatihan saja.” “Dalam waktu dekat,kami akan membawa sebagian mitra binaan PTPN III untuk melakukan studi banding ke UKM, home industry di Yogyakarta bekerja sama LPP (Lembaga Pendidikan Perkebunan) Yogyakarta,” bebernya.
Perusahaan perkebunan berpelat merah yang memiliki dua komoditas unggulan,yakni kelapa sawit dan karet ini,dalam memberikan bantuan selalu mengacu pada keputusan RUPS.Keputusan pemberian bantuan ke mitra binaan merupakan hak pemegang saham. Tak heran, besaran bantuan yang disalurkan ke UMKM setiap tahunnya terus berubah.
Hal itu lebih disesuaikan dengan hasil laba perusahaan berkisar antara 1–2% dan ditambah hasil pengembalian dana pinjaman di tahun-tahun sebelumnya. Rachmat mengungkapkan, ada tujuh sektor yang dikelompokan untuk pembinaan UMKM, yakni sektor dagang 2.013 mitra binaan, sektor jasa (1.012),sektor pertanian (162), sektor industri (525), sektor perikanan (58), sektor peternakan (68), dan sektor perkebunan (157).
Setiap tahunnya PKBL terus menambah mitra usaha. Terhitung sejak November–Desember 2011 akan dilakukan kembali penyaluran dana kemitraan kepada 354 calon mitra binaan di Desa Sei Karang, Galang,Kabupaten Deliserdang, Sumut, dengan jumlah Rp15 miliar. Kepedulian terhadap para pelaku UMKM terus digulirkan, dengan melakukan strategi melalui pelatihan kewirausahaan bagi setiap calon penerima dana kemitraan yang sifatnya wajib diikuti.
Materi yang biasanya diberikan kepada para mitra binaan, di antaranya peningkatan peran PKBL, BUMN, dan PTPN III; cara membuat laporan perkembangan usaha mitra binaan; analisis laporan keuangan UKM; materi terkait hukum, kewirausahaan, dan kewiraswastaan. Kemudian, materi komunikasi dan etika bisnis, aspek keuangan, dan pembukuan; serta teknik mengelola usaha mikro, kecil,dan menengah dari aspek pemasaran dan kemasan/ merek.
“Berbagai pelatihan terus kami berikan agar para mitra bisa lebih baik menjalankan usaha bisnisnya.Tak lama lagi para mitra binaan yang dinilai punya prospek usaha, dimagangkan. Mereka juga kami ikut sertakan ke pameran di dalam dan luar negeri,” tambahnya. Sementara itu Indah R Rahim, pemilik kerajinan batik yang menjadi mitra binaan PTPN III, mengatakan bersyukur atas bantuan usaha dan pembinaan yang diberikan PTPN III.
Dengan bantuan itu, dia dapat mengembangkan usahanya,dan yang terpenting produksi juga meningkat. “Konsumen terus bertambah, usaha jadi berkembang, dan kesejahteraan keluarga-pekerja meningkat.Ini semua tak terlepas dari bantuan modal dan pembinaan yang diberikan PTPN III,”paparnya. Dia mengaku mulai tertarik mendesain batik dengan motif khas Sumut (Sumut) sejak 2009 silam dan memproduksinya.
Ke depan, dia akan mengembangkan motif batik dengan ciri khas suku-suku yang ada di Sumut, seperti Batak Toba, Melayu, Mandailing,Simalungun,Karo, Pakpak,Nias,dan Dairi. “Alhamdulillah, sejak bergabung menjadi mitra binaan PTPN III tepatnya tahun 2010, usaha saya berkembang pesat. Dana yang dipinjamkan sebesar Rp30 juta dan dicicil selama 36 bulan,”beber Indah.
Ternyata untuk memasarkan batik yang telah jadi tidaklah gampang.Pasalnya,masyarakat Sumut khususnya Medan, belum banyak yang mengenal kehadiran batik Sumut. Sebagian besar masyarakat lebih mengenal dan menyukai batik Jawa dengan alasan lebih nyaman dipakai. Kondisi ini tidak menyurutkan semangat perempuan bermental baja ini. Bermodalkan bantuan PTPN III tersebut,dia terus mengenalkan batik Sumut hingga kini mulai kenal masyarakat Sumut.
Bahkan, masyarakat Sumut sudah tidak lagi alergi memakai batik khas Sumut, sebaliknya mereka justru bangga. “Yang pasti, program kemitraan ini sangat membantu pengembangan usaha,khususnya usaha kecil dan menengah. Program kemitraan PTPN III ini sangat positif sekali,karena mereka tidak hanya membantu pemberian modal usaha, tapi bertanggung jawab melatih, mempromosikan dan memasarkannya.
Alhamdulillah, sejak menjadi mitra binaan PTPN III, kini saya mampu membuka outlet butik baju di pusat perbelanjaan modern Grand Palladium Mall Medan,” tukasnya. Mitra PTPN III lainnya, Sri Susiani, pemilik usaha makananringan, mengakuprogramkemitraan sangat membantu usahanya. Bantuan yang paling dirasakan adalah pemberian peralatan perlengkapan memasak, seperti alat membuat adonan kue bawang dan lainnya.
Dana menerima bantuan Rp20 juta dari PTPN III untuk pengembangan usahanya.Proses cicilan pembayaran pun cukup gampang karena dilakukan selama 36 bulan dengan bunga hanya 6% per tahun atau 0,5% per bulan.Tak hanya itu, dia juga diberi masa tenggang tidak membayar cicilan selama dua bulan sejak penandatanganan surat perjanjian. Kemudahan lainnya yang diberikan PTPN III ini berupa pembayaran cicilan bisa dilakukan melalui transfer bank,membayar langsung ke kantor PKBL PTPN III atau kepada petugas penagihan.
“Setelah menjadi mitra binaan, usaha saya semakin meningkat. Sebelumnya sehari hanya membuat kue bawang 7 kilogram,sekarang bisa 17 kilogram. Kami juga diberi pelatihan kewirausahaan sehingga wawasan dan pengetahuan tentang manajemen keuangan dan pengembangan usaha bertambah,” ungkapnya. Selain usahanya berkembang, Sri juga lebih banyak mengenal sesama mitra binaan PTPN III.Pertemuan-pertemuan dengan para mitra binaan ini dimanfaatkan untuk mengembangkan jaringan.
Tidak sekedar itu, dengan banyak mengenal mitra binaan, dia bisa saling tukar pikiran dan bekerja sama dalam mengembangkan usaha. Terbukti, jika sebelumnya produksi usahanya hanya bisa dipasarkan di sekitar Kota Medan, namun berkat terbukanya jaringan, bisa dikembangkan hingga ke luar daerah, seperti Deliserdang, Binjai, Langkat dan Karo. “Kemitraan ini benar-benar bermanfaat bagi kami pengusaha kecil dan menengah. Usaha kami bisa berkembang karena adanya jaringan itu,”pungkasnya.(sindo)
No comments:
Post a Comment