Buah sawit merupakan berkah bagi sebagian wilayah Indonesia, karena tanaman ini bisa tumbuh subur di lahan jutaan hektar termasuk di Sumatera Utara. Terhitung Sumut penghasil CPO terbesar di Sumut namun pemanfaatan industri hilir minya kelapa sawit Crude Palm Oil (CPO) masih terhitung sangat minim.
Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi
Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) melalui Sekjen Asmar Arsjad pada Diskusi Harian Tribun Medan yang berlangsung di Jalan Gatot Subroto No.449 D-G Medan, mengatakan hilirisasi pemanfaatan produk turunan dari CPO harganya bisa sampai 1.200 kali lipatnya.
“Minyak kelapa sawit bisa dimanfaatkan seperti menjadi produk kosmetik yang harganya bisa mencapai 1.200 kali lipatnya, namun sayangnya infrastruktur untuk memproduksi pengolahan produk hilir CPO di Sumut masih kurang memadai,” kata Arsjad.
Berbagai pekerjaan rumah Pemprov Sumut masih perlu diatasi seperti pasokan listrik yang masih belum pencukupi dan problem kesulitan pengurusan izin, “misalnya perizinan mengubah HGU menjadi HGB di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Manke saja bisa mencapai dua tahunan,” ujarnya.
Saat ini kebanyakan para pengusaha memanfaatkan CPO untuk kepentingan ekspor yang nilainya hanya 9 kali lipat saja. “karena resiko ekspor lebih kecil dibandingkan mendirikan perusahaan industri hilir CPO,” katanya.
Lebih jauh CPO jelas Asjad, dapat dimanfaatkan menjadi produk turunan yang nilainya sangat tinggi, seperti minyak goreng 60 kali lipat dari harga produksi CPO, diikuti RDB 95 kali, margarin 100 kali, skootening 180 kali, fatty acid 300 kali, alkohol 480 kali, sarfaktab 800 dan kosmetik 1.200 kali.(TRib-M)