Medan - Nilai ekspor karet Sumatra Utara hingga triwulan III tahun ini melonjak tajam 64,07 persen dibandingkan periode sama 2010 atau mencapai 2,764 miliar dolar AS.
“Kenaikan nilai devisa itu menggembirakan, karena
harga ekspor dalam beberapa bulan terakhir semakin melemah akibat krisis ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa,” kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara (Sumut),Edy Irwansyah, di Medan, Rabu 9 November 2011.
Kenaikan devisa di 2011 dari 2010 yang masih 1,684 miliar dolar AS itu dipicu naiknya harga ekspor karet dan barang dari karet.
Harga ekspor karet SIR20 misalnyam rata-rata berada di kisaran empat dolar AS per kg.
Jadi, meski harga jual dewasa ini berfluktuasi dengan semakin melemah di bawah empat dolar AS per kg, total nilai ekspor golongan barang itu sudah cukup tinggi dibandingkan tahun lalu.
Melalui kondisi pasokan ketat khususnya dari Thailand yang sedang mengalami musibah banjir, kata dia, ada harapan harga naik lagi.
Apalagi, International Rubber Consortium Limited tetap menyatakan serius melakukan tindakan pengurangan ekspor kalau harga karet alam tetap berada di bawah empat dolar AS per kg.
Pedagang karet Sumut, M.Harahap, menyebutkan, pasokan getah karet dari petani di Sumut bahkan di daerah lain di Sumatera sangat ketat.
Pasokan ketat dipicu kesulitan menderes akibat musim hujan di hampir semua sentra produksi.
“Pasokan ketat membuat harga Bokar (bahan olah karet) di pabrikan relatif tetap mahal di kisaran Rp31.000 per kg, padahal seyogyanya lebih murah dari harga itu karena harga ekspor berfluktuasi cenderung turun,”katanya.(bisnissumatra)