Simalungun-. Ternyata pihak PTPN 4 masih ingin memelihara keunikan perusahaan perkebunan BUMN itu. Meski tetap akan melakukan konversi, namun tidak semua areal perkebunan teh itu diganti ke tanaman sawit.
Saat dihubungi MedanBisnis, Rabu (23/11), Humas PTPN 4 Medan, Lidang Panggabean, mengatakan, pihaknya akan tetap mempertahankan 3.000 hektare dari puluhan hektare kebun teh yang ada . “Tahun ini kita hanya mengkonversi 800 hektare saja,” katanya.
Seperti diketahui,
 pengelolaan atas areal perkebunan teh di Kebun Sidamanik merupakan salah satu ciri khas khusus yang dimiliki PTPN 4. Keberadaan kebun teh ini menjadi keunggulan Sumut di mana ada kebun teh yang lebih di kenal dengan Teh Sidamanik. 
PTPN 4 praktis hanya memiliki kebun teh di Sidamanik. Sebelumnya, ada teh di kebun Marjandi dan Bah Birung Ulu juga di Kabupaten Simalungun. Dengan alasan lebih bernilai bisnis, seluruh tanaman di kedua kebun ini sudah dikonversi menjadi tanaman kelapa sawit.
Menurut Lidang, alasan konversi sebagian kebun teh ini  semata-mata untuk kepentingan bisnis. “Sebagai perusahaan, para pemegang saham menekankan kita supaya beruntung,” tambahnya.
Masyarakat sekitar Lokasi Pabrik Teh Kebun Sidamanik, Simalungun, menyesalkan kebijakan PTPN 4 menutup pabrik teh Sidamanik. Pasalnya, selain merupakan tempat masyarakat mencari nafkah, pabrik juga merupakan warisan sejarah perkebunan nasional yang ada di Simalungun.
Salah seorang tokoh masyarakat, Viktor Sagala, menjelaskan pabrik teh di Sidamanik merupakan salah satu peninggalan sejarah  dibangun  tahun 1920  oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Berarti saat ini umur pabrik tersebut sudah 85 tahun. Menurut UU Tentang Bangunan Cagar Budaya, bangunan seusia ini  seharusnya dilestarikan.    
Menurut Viktor,  tahun 1972 Pangeran Berhard dan Ratu Juliana  dari Belanda  pernah berkunjung  ke perkebunan teh Sidamanik khusus mellihat  tanaman teh peninggalan  zaman Belanda. 
Baru-baru ini, saat mengunjungi Sidamanik, mantan Menteri  Pertanian RI,  Bungaran Saragih terkejut mendengar pabrik teh Sidamanik ditutup dan lahannya dialihkan ke tanaman kelapa sawit. Waktu itu, Bungaran  mengatakan jika tanaman  teh merugi lebih baik pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat.  “Seharusnya dicari akar permasalahan apa sebab terus merugi.
Kenapa kebun teh di Bandung tidak rugi, tanaman teh Sidamanik mempunyai ciri khas yang cukup terkenal di luar dan dalam negeri,” kata Bungaran saat itu kepada wartawan. ( jannes silaban)/MB

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment