"Minggu sore ini saya akan mengumpulkan para dirut PTPN di Jakarta untuk membicarakan peningkatan hasil perkebunan," kata Dahlan melalui pesan elektroniknya di Jakarta, Jumat (6/9).
Menurut Dahlan, peningkatan ekspor harus segera dilakukan seiring dengan pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Pertemuan ini juga sebagai tindak lanjut pembicaraan yang dilakukannya di New York dengan manajemen PT Perkebunan Nusantara XII, ada juga PT Bank Negara Indonesia Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
Dalam pertemuan dengan perwakilan beberapa BUMN di New York, Dahlan fokus membahas potensi peningkatan ekspor kopi Indonesia khususnya hasil pertanian PTPN XII.
Misalnya pada tahun lalu ekspor kopi Arabika dari PTPN XII ke AS sebanyak 378 ton, Jerman 377,1 ton, Belanda 288 ton, Italia 180 ton, Inggris 108 ton, Meksiko 36 ton, Australia 18 ton, Norwegia 16,5 ton. Totalnya mencapai 1.401,6 ton.
Ekspor kopi robusta ke Italia sekitar 774 ton, Jepang 90 ton, Belgia 72 ton, Belanda 42 ton, Jerman 36 ton, dan Inggris 36 ton, sehingga total mencapai 1.050 ton.
"Dengan demikian, menurut dirut PTPN XII Irwan Basri, total ekspor kopinya tahun lalu mencapai 2.451,6 ton," ujarnya.
Sementara itu, ketika berkunjung ke BNI dan BRI yang berada di New York, Dahlan menceritakan BRI kini memiliki delapan staf dan BNI memiliki 23 staf. Jumlah staf tersebut berkurang drastis dibanding sebelum krisis pada 1998.
"Akibat krisis moneter tersebut omzet BRI turun 40 persen, tapi kini sudah pulih kembali, bahkan sudah lebih tinggi dari sebelum krisis dengan staf lebih kecil," papar dia. BNI juga sudah mulai pulih meski belum mencapai puncaknya kembali.
Author: Susan Silaban/imq21.com