Gita mengatakan, Indonesia akan tetap membawa karet dan kelapa sawit agar bisa dikenakan tarif minimum, namun bukan hanya Indonesia saja, akan tetapi apabila ada negara-negara berkembang yang memiliki keinginan sama bisa bergabung dan menyuarakan hal yang sama.
"Kami menargetkan pada tahun 2015, produk-produk agro atau produk yang ramah lingkungan bisa dikenakan tarif minimal," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan saat berdiskusi dengan wartawan di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis.
"Tapi kita jangan inklusif, siapa saja yang merasa produk-produk agronya itu bisa dianggap ramah lingkungan bisa dsuarakan bersama. Ini harus dibahas dan dikerangkakan dalam pembahasan di APEC nanti," ujarnya.
Mendag menambahkan, jika dilihat saat ini kecenderungan dalam perdagangan intra negara-negara yang tergabung dalam APEC sudah mengalami penurunan tarif.
"Sebelumnya tarif mendekati 20 persen, sekarang sudah jauh di bawah 10 persen khususnya untuk produk-produk antara negara-negara anggota APEC, oleh karena itu kita harus terus mengedepankan semangat industrialisasi kita," katanya.
Rencana pemerintah untuk memasukkan produk minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan karet dalam EG list APEC di Surabaya lalu masih terganjal dikarenakan negara-negara maju mengindikasi produk tersebut belum masuk kualifikasi.
Produk kelapa sawit Indonesia gagal masuk ke pasar APEC karena dinilai tidak memenuhi standar lingkungan yang ditetapkan oleh badan lingkungan Amerika Serikat atau Environmental Protection Agency (EPA).
Dalam standar yang ditetapkan oleh EPA, yang diumumkan tanggal 28 Januari 2012 silam, standar bahan bakar dari CPO Indonesia masuk dalam kategori RFS (Renewable Fuel Standards) atau standar energi terbarukan.
Berdasar pengujian yang dilakukan oleh EPA, produk CPO Indonesia gagal memenuhi standar maksimum 17 persen emisi, karena masih berkisar di angka 20 persen.
Akibat tidak dimasukkan dalam produk yang ramah lingkungan, produk CPO Indonesia gagal mendapatkan keringanan tarif hingga lima persen, dan menyebabkan CPO Indonesia jadi kurang kompetitif di APEC dan dikhawatirkan ekspor CPO menurun. (ar) ( Antara)