Fed Lanjutkan Stimulus: Minyak Sawit di Malaysia Dekati Harga Terendah
KUALALUMPUR – Minyak sawit
diperdagangkan mendekati harga terendah 1 bulan, setelah Federal Reserve
urung memangkas stimulus, mendorong reli mata uang Malaysia yang
menurunkan kontrak berdenominasi ringgit.
Kontrak untuk pengiriman Desember turun
1,1% menjadi 2.296 ringgit (US$727) per metric ton di Bursa Malaysia
Derivatives, dan diperdagangkan di level 2.305 ringgit pada pukul 11.44
di Kuala Lumpur.
Kontrak futures menyentuk 2.294 ringgit
pada 17 September, yang merupakan harga terendah untuk kontrak yang
paling aktif diperdagangkan itu sejak 20 Agustus. Minyak sawit untuk
pengiriman fisik Oktober diperdagangkan pada harga 2.350 ringgit
kemarin.
Komite Pasar Terbuka Federal Reserve
mengatakan keinginannya untuk mendapatkan bukti yang lebih nyata atas
pemulihan ekonomi terbesar dunia sebelum melakukan penyesuaian
pembelian bulanan Treasury dan surat utang senilai US$85 miliar.
Ringgit Malaysia mengalami lonjakan tertinggi dalam 3 tahun setelah
keputusan tersebut.
“Ada ketidakpastian permintaan” dengan
volatilitas mata uang, kata Donny Khor, deputy director untuk futures
dan komoditas pada RHB Investment Bank Bhd. di Kuala Lumpur. “Ekspor
akan lebih ekspansif. Pada bulan depan, produksi akan besar, dan hal
itu bisa membuat pasar kurang atau berlebih pasokan.”
Output naik 1,74 juta ton pada Agustus,
yang merupakan level tertinggi sejak Desember, demikian data dari
Malaysian Palm Oil Board. Produksi secara fisik mencapai level
tertinggi antara Juli dan Oktober.
Berdasarkan Gabungan Pengusaha Sawit
Indonesia, ekspor dari produsen terbesar ini turun 1,48 juta ton pada
Agustus, dari bulan sebelumnya yang mencapai 1,59 juta. Adapun estimasi
sebelumnya sebanyak 1,58 juta tons.
Kedelai untuk pengiriman November naik
0,5% menjadi US$13,54 per bushel di Chicago Board of Trade. Minyak
kedelai untuk pengiriman Desember naik 0,5% menjadi 42,94 sen per
pound. Pasar keuangan di China tutup karena hari libur.
Sumber : ptpn13