MEDAN–Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara
(Sumut) memperkirakan harga ekspor karet akan menguat hingga akhir 2013
meski tetap di bawah tiga dolar AS per kilogram.
“Tren harga menguat karena permintaan akan naik untuk stok pabrik di
libur akhir tahun. Tetapi meski naik diperkirakan harga tetap di bawah
tiga dolar AS per kg,” kata Sekretaris Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah di
Medan, Rabu (16/10/2013).
Pada 16 Oktober misalnya, harga jual karet di Bursa Singapura untuk
pengapalan November sebesar 2,38 dolar AS per kg dan naik sedikit untuk
pengiriman Desember yaitu 2,38 dolar AS per kg.
Dengan harga sebesar itu, harga bahan olah karet (bokar) di tingkat
pabrikan mencapai Rp22.394-Rp24.394 per kg. Edy menjelaskan masih di
bawah tiga dolar AS-nya per kg harga karet itu merupakan dampak
melemahnya pembelian dari tiga negara pembeli utama yaitu China, Amerika
Serikat dan Jepang.
Melemahnya pembelian dari tiga negara itu juga tidak terlepas dari
dampak krisis global yang masih dirasakan hingga akhir 2013 ini.
“Menurunnya pembelian dari tiga negara itu sendiri langsung terlihat
pada volume ekspor per Agustus yang menurun 0,81 persen atau menjadi
291.447 ton dari 2012 yang masih sebanyak 293.825 ton.
Ketua Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkasindo), Anizar Simanjuntak
menyebutkan petani sedang kesulitan karena selain harga murah, produksi
petani juga menurun karena dampak cuaca ekstrim.
“Menguatnya nilai tukar dolar AS saja tidak berdampak positif pada harga jual di tingkat petani,” katanya.
Satu-satunya cara terbaik menolong petani adalah melakukan replanting
atau peremajaan tanaman, tetapi keinginan itu terbentur dari sulitnya
memperoleh dana untuk program tersebut.(ant/msi)