Medan.
Dari lima komoditas unggulan perkebunan, yakni kakao, kelapa sawit,
kopi, karet dan tembakau, kakao yang paling rentan mendapatkan serangan
hama dan penyakit. Akibat serangan hama, produktivitasnya bisa jatuh
hingga 50%.
Sementara secara keseluruhan, biarpun luasan lahan
perkebunan rakyat lebih luas daripada milik PTPN, dan perusahaan swasta
asing ataupun nasional, namun produktivitasnya masih jauh lebih rendah.
Kepala
Bidang Produksi Dinas Perkebunan Sumatera Utara (Sumut), Herawaty
kepada MedanBisnis, Jumat (4/10) di Medan, mengatakan, hama dan penyakit
menyerang merata di semua komoditas perkebunan di Sumut.
Ada
127 jenis komoditas tanaman yang termasuk dalam ranah perkebunan. Namun,
hanya ada 5 komoditas perkebunan unggulan yakni kelapa sawit, kopi,
kakao, karet dan tembakau. Dari 5 komoditas tersebut, tanaman kakao yang
paling sensitiv terhadap serangan hama dan penyakit.
Dampak
serangannya, misalnya penggerek buah kakao (PBK) bisa membuat penurunan
produksi hingga 50%. Biarpun merata menyerang di tanaman kakao, namun
yang paling banyak terserang adalah pertanaman kakao rakyat. Sedangkan
tanaman kakao milik perusahaan swasta nasional ataupun asing tidak
begitu banyak karena memiliki modal besar dan pengetahuan untuk
mengendalikannya.
Sebagai gambaran, luas lahan kakao di Sumut,
mencapai 83.568 hektare dengan produksi 57.566 ton. Angka tersebut
merupakan akumulasi dari lahan milik petani, PTPN, perusahaan swasta
asing dan nasional.
Dari data Dinas Perkebunan Sumut, luas lahan
kakao rakyat mencapai 66.433 hektare dengan produksi 38.651 ton dengan
rata-rata produksi 861 kg/hektare/tahun. Dibandingkan dengan lahan milik
PTPN seluas 11.856 hektare namun bisa menghasilkan 13.717 ton.
Pesusahaan
swasta nasional luas lahannya hanya 2.811 hektare hasilnya mencapai
2.698 ton. Sedangkan perusahaan swasta asingdengan lahan seluas 2.468
hektare, produksinya bisa sampai 2.298 ton.
Penyebabnya, banyak
petani yang kurang memerhatikan kebersihan kebun sehingga hama dan
penyakit bermunculan bahkan seringkali tak bisa dikendalikan petani.
Padahal, sebenarnya, dulu pernah ada program pengendalian hama terpadu
namun dikarenakan pengendaliannya tidak serentak, serangannya nyaris tak
terkendalikan.
“Kini tinggal peran pemerintah kabupaten untuk
lebih optimal dalam memberikan penyuluhan kepada petani kakao agar bisa
memberikan pemeliharaan pada tanamannya. Tak bisa hanya mengandalkan
dari provinsi saja," ungkapnya.
Sedangkan untuk komoditas lain
seperti kelapa sawit dan karet, kata dia, memiliki permasalahan yang
sama yakni jamur akar. Namun, dampak serangannya tidak sedemikian cepat
seperti halnya kakao. “Jika petani mampu membuat parit isolasi, serangan
jamur akar bisa dihambat,” jelasnya.
Kepala Bidang Pengendalian
Hama Dinas Perkebunan Sumut, Suherman, mengatakan, dibandingkan dengan 5
komoditas unggulan di Sumut, kakao merupakan komoditas yang paling
rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Karena itu, dalam
pemeliharaannya harus seksama. Namun. yang paling sederhana bisa
dilakukan petani adalah menjaga kebersihan lahan.(dewantoro)
mdn.biz.id