Ampas Tebu di Salah Satu Pabrik Gula Milik PTPN X (sumber: Istimewa) |
Dalam keterangan tertulis yang diterima Beritasatu.com di Jakarta, Kamis (10/10), Dirut PTPN X Subiyono menjelaskan, proses pengolahan tebu menjadi gula menghasilkan sejumlah produk samping, seperti ampas dan tetes. Sekitar 30 persen bagian tebu dalam proses produksi gula akan menjadi ampas. Apabila per tahun ada sekitar 6 juta ton tebu yang digiling di sebelas pabrik gula (PG) milik PTPN X, maka setidaknya tersedia 1,8 juta ton ampas tebu.
Dengan asumsi digunakan sendiri untuk operasional PG sekitar 1,3-1,5 juta ton, maka ada 300.000-500.000 ton ampas yang dapat dikonversi menjadi bioetanol. Untuk diketahui, satu unit pabrik bioetanol generasi ketiga ini membutuhkan ampas minimal 500 ton per hari.
"Potensi ampas tebu yang besar itu bisa digunakan untuk subsitusi bahan bakar minyak (BBM) di pabrik gula sekaligus untuk mengembangkan energi terbarukan berupa bioetanol,” kata Subiyono, yang juga Ketua Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) ini.
Lebih lanjut dia mengatakan, PG-PG di lingkungan PTPN X telah mengoptimalkan ampas sebagai pengganti BBM untuk proses produksi gula. Hal tersebut berpengaruh positif terhadap peningkatan efisiensi, sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Biaya BBM di PG-PG milik PTPN X tercatat menurun dari sekitar Rp130 miliar pada 2007 menjadi Rp 4 miliar pada 2012.
Adapun untuk pengembangan energi terbarukan berupa bioetanol berbasis ampas tebu, Subiyono mengatakan, potensinya sangat tinggi. Pengembangan bioetanol dengan ampas tebu juga lebih murah dibanding menggunakan tetes tebu (molasses).
"Untuk satu liter bioetanol, butuh lima kilogram ampas. Lima kilogram ampas itu kira-kira harganya Rp 1.000," ujarnya.
Adapun jika menggunakan tetes tebu, butuh empat kilogram tetes untuk menghasilkan satu liter bioetanol. Empat kilogram tetes tebu itu jika dirupiahkan harganya sekitar Rp 4.000.
"Jadi pengembangan bioetanol menggunakan ampas menjanjikan profit margin yang lebih tebal ketimbang menggunakan tetes tebu," tambah dia.
PTPN X sendiri kini sudah memiliki pabrik bioetanol berbasis tetes tebu yang terletak dalam kompleks Pabrik Gula Gempolkrep di Mojokerto, Jawa Timur. Saat ini, pengembangan bioetanol dari ampas tebu tengah dikaji oleh tim khusus, termasuk mengkaji pendirian pabriknya.
" Hal ini merupakan bagian dari diversifikasi usaha untuk mengoptimalkan kinerja," tambah Subiyono.
Menurutnya, Indonesia mempunyai potensi besar dalam hal produksi energi alternatif yang ramah lingkungan berupa bioetanol dari limbah pertanian atau biomass, termasuk limbah padat industri gula, yaitu ampas tebu.
"Optimalisasi penggunaan ampas tebu akan dijadikan salah satu indikator kinerja (key performance indicator/KPI) pabrik gula di lingkungan PTPN X. Jika PG tidak bisa menghasilkan ampas tebu, patut dipertanyakan kinerjanya. Itu akan jadi bahan evaluasi,” kata dia.
Jika PG sudah bisa menghasilkan ampas dalam proses produksi gula, maka tidak terlalu perlu banyak BBM. Kontinuitas dalam menghasilkan ampas juga menunjukkan operasi PG berjalan lancar dengan jam berhenti giling yang minim.
Dari sisi budidaya (on-farm), optimalisasi penggunaan ampas tebu menunjukkan tebu dipanen saat benar-benar matang, sehingga kadar sabutnya tinggi.
"Jadi memaksimalkan potensi ampas tebu ini memberi banyak manfaat dan menunjukkan indikator kinerja budidaya dan pengolahan PG," pungkasnya.
Penulis: Feriawan Hidayat/FER
Sumber: PR