Jakarta —
Pemerintah optimistis Indonesia akan memimpin pasar produk minyak
kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dunia dan menggeser Malaysia yang
menjadi penentu harga di pasar global.
“Indonesia memiliki kemampuan memproduksi CPO hingga 27 juta ton per tahun dan Malaysia hanya 16 juta ton per tahun. Ke depannya, Indonesia mampu menjadi pemain utama di sektor CPO,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa pada acara Pengembangan Industri Minyak Sawit Indonesia di Jakarta, Rabu (16/10).Indonesia, menurut Hatta, harus meningkatkan produktivitas CPO agar bisa lebih bersaing dengan negara lain. Saat ini, permintaan CPO nasional memang tengah dalam tren menurun.
“Penurunan disebabkan situasi perekonomian global yang sedang tidak sehat, terutama melemahnya permintaan komoditas CPO dari China dan India. Namun, pemerintah yakin penurunan harga CPO saat ini hanya bersifat sementara,” paparnya.
Sebagai kebutuhan pokok yang paling kuat, lanjut Hatta, menurunnya harga komoditas CPO tidak akan berlangsung lama. Meskipun turun, pelemahan harga CPO tidak terlalu besar.
“Dalam rangka mewujudkan mimpi menggeser Malaysia, pemerintah berharap Indonesia ke depannya memiliki potensi memproduksi CPO sebanyak 50 juta ton per tahun. Pemerintah juga mendesak agar pelaku usaha CPO terus meningkatkan proses hilirisasi dari produk turunan kelapa sawit,” tandasnya. IMQ,
“Indonesia memiliki kemampuan memproduksi CPO hingga 27 juta ton per tahun dan Malaysia hanya 16 juta ton per tahun. Ke depannya, Indonesia mampu menjadi pemain utama di sektor CPO,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa pada acara Pengembangan Industri Minyak Sawit Indonesia di Jakarta, Rabu (16/10).Indonesia, menurut Hatta, harus meningkatkan produktivitas CPO agar bisa lebih bersaing dengan negara lain. Saat ini, permintaan CPO nasional memang tengah dalam tren menurun.
“Penurunan disebabkan situasi perekonomian global yang sedang tidak sehat, terutama melemahnya permintaan komoditas CPO dari China dan India. Namun, pemerintah yakin penurunan harga CPO saat ini hanya bersifat sementara,” paparnya.
Sebagai kebutuhan pokok yang paling kuat, lanjut Hatta, menurunnya harga komoditas CPO tidak akan berlangsung lama. Meskipun turun, pelemahan harga CPO tidak terlalu besar.
“Dalam rangka mewujudkan mimpi menggeser Malaysia, pemerintah berharap Indonesia ke depannya memiliki potensi memproduksi CPO sebanyak 50 juta ton per tahun. Pemerintah juga mendesak agar pelaku usaha CPO terus meningkatkan proses hilirisasi dari produk turunan kelapa sawit,” tandasnya. IMQ,
Author: Indra BPPublished: 16 Oct 2013