Quote:
dokumentasi "VERSI" elektronik-ku ini bermaksud membiasakan menggunakan " LESS PAPER " ,serta "PENGHORMATAN ATAS KEBEBASAN BERPENDAPAT,BEREKSPRESI,& BERKREASI," utk menyampaikan informasi,dalam "AKTIVITAS HARIAN".. beberapa "ada" yang dikutip dari berbagai sumber yang *inspiratif* jika ada yg kurang berkenan mohon dimaklumi,jika berminat utk pengembangan BloG ini silahkan kirim via email. mrprabpg@gmail.com...Thank's All Of You

running text

Search This Blog

sudah lihat yang ini (klik aja)?

Wednesday, October 2, 2013

Sejuta Hektare Lahan Perkebunan Kurang Perawatan

Medan. Sekitar sejuta hektare lahan perkebunan di Sumatera Utara (Sumut) kurang terawat dan banyak terserang hama dan penyakit. Kemunculan hama dan penyakit tersebut disebabkan kurangnya sanitasi. Petani umumnya menjadikan perkebunan sebagai komoditas sampingan sehingga perlakuanya kurang maksimal.


Pengaruh selanjutnya, produktivitasnya rendah. Kepala Bidang Pengendalian Hama Dinas Perkebunan Sumut kepada MedanBisnis, kemarin di Medan mengatakan, dari sekitar 2 juta hektare lahan perkebunan di Sumut, setengahnya adalah milik masyarakat. Selebihnya, terbagi menjadi milik PTPN, perusahaan swasta asing dan swasta nasional.

Namun, biarpun jauh lebih luas, pengelolaannya kurang maksimal. Salah satu  contoh yang paling jelas, petani kurang memperhatikan sanitasi atau kebersihan. Sehingga menyebabkan timbulnya hama dan penyakit.

Menurutnya, petani kerapkali nmembiarkan timbunan daun, ranting dan kayu membusuk di areal perkebunannya. Padahal, dengan banyaknya timbunan tersebut, menjadi ‘rumah’ bagi berkembangnya hama dan penyakit. "Misalnya, untuk serangan hama penggerek batang buah yang menyerang kakao, jamur akar putih pada karet, penggerak buah pada kopi, dan ulat api di kelapa sawit. Itu berkaitan dengan sanitasi, tapi itu juga yang jarang dilakukan petani kita," ungkapnya.

Selain itu, petani juga terlalu cepat menggunakan pestisida kimia dibandingkan pestisida nabati yang lebih ramah lingkungan. Seharusnya, penggunaan pestisida kimia hanya dilakukan ketika tidak ada solusi lainnya. "Rentetan dampaknya jelas, sanitasi kurang, pengggunaan pestisida juga tinggi, itu juga yang mempengaruhi hama dan penyakit terus muncul," katanya.

Sebelumnya, petani kakao di Dusun Hutaimbaru, Desa Luat Lombang, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan, Osmar Ritonga mengungkapkan, setiap kali panen, kakao yang ditanamnya seluas 4 hektare dengan umur tanam 9 tahun hanya bisa menghasilkan kakao sebanyak 25 kg. "Hanya sedikit tanaman yang berbuah meskipun sudah diberi pupuk," katanya. (dewantoro)MB

cari apa aja di OLX

Sponsor By :

TEMBAKAU DELI

Hobies

Momentum