Medan.
 Saat ini luas lahan perkebunan tembakau di Sumatera Utara (Sumut) hanya
 berkisar 1.300 hektare saja dan 1.000 hektare di antaranya perkebunan 
rakyat (petani), sedangkan sebanyak 300 hekaternya lagi berasal dari 
perkebunan tembakau milik PTPN2. 
              
            
            
              
                "Sistem penanaman untuk tembakau itu harus memiliki 
kriteria yang khusus, mulai dari pembenihan, pemeliharaan, panen hingga 
pasca panen. Sehingga banyak petani lebih memilih komoditas lain untuk 
perkebunannya ketimbang tembakau," kata Kepala Dinas Perkebunan Sumut 
Aspan, didampingi Kabid Produksi Perkebunan Sumut Herawati kepada 
MedanBisnis, Jumat (27/9) di Medan.
Dikatakan Aspan, selain 
membutuhkan perlakuan khusus, untuk pemanfaatan lahannya juga 
membutuhkan rentang waktu istirahat yang cukup panjang setelah pasca 
panen. Selain itu, iklim basah juga akan mempengaruhi kualitasnya, 
sehingga dapat dipastikan produksinya juga terbatas.
"Pada 
tembakau deli, setelah panen dilakukan lahan tidak bisa langsung 
ditanami, karena dapat menurunkan elastisitasnya. Sedangkan pada 
tembakau virginia dan burley memang walaupun dalam setahun bisa 
dilakukan 2 kali panen, tetapi bukan berarti petani mengembangkannya. 
Sebab, perawatannya seperti merawat bayi, sangat sulit,” jelasnya.
Saat
 ini, tambah Aspan, kawasan Sumut yang intens memproduksi tembakau 
walaupun jumlahnya cukup banyak dan tersebar, tetapi luas lahannya jauh 
lebih minim dibandingkan dengan komoditas perkebunan lain. Pengembangan 
tembakau rakyat berada di Kabupaten Simalungun, Taput, Humbahas, Karo, 
Dairi, Palas, Tapsel, dan Madina. Namun hanya tembakau deli saja yang 
diekspor ke luar negeri.
"Untuk kawasan Simalungun, Taput, 
Humbahas, Karo, dan Dairi bermitra dengan pabrik STTC (Sumatera Tobaco 
Tredding Company). Tetapi, itupun hanya mampu memenuhi 35% dari total 
kebutuhan pasokan pabrik, sehingga sisanya harus didatangkan dari luar 
seperti Jawa. 
Sementara untuk tembakau deli produksinya masih di sekitaran sungai ular saja yang masih tersisa," ujarnya.
Menurut
 dia, petani tembakau juga jumlahnya tidak pernah ada pengembangan. Para
 petani tembakau yang berproduksi saat ini nota bene merupakan usaha 
turun temurun dari keluarganya. "Jadi para petani tembakau yang ada saat
 ini hanya meneruskan tradisi turun temurun saja," imbuhnya.
Untuk
 meningkatkan produksi dan memenuhi pasokan tembakau yang dibutuhkan, 
Dinas Perkebunan Sumut juga berharap STTC memperluas petani binaannya. 
“Walaupun selama ini STTC juga mendapatkan pasokan dari PTPN2 berupa 
sortiran tembakau deli selain 5 kawasan perkebunan sebagai mitranya 
tersebut, jumlah pasokan yang dibutuhkannya belum juga mencukupi,” jelas
 Aspan. (cw 02)

 sudah lihat yang ini (klik aja)?
 sudah lihat yang ini (klik aja)? 
 
 
 
